BERLIAN DARI DASAR LUMPUR



2014-05-29 / Syarifatul Fauziah BERLIAN DARI DASAR LUMPUR / Indonesia 印尼 / Rasyah Sarie

BERLIAN DARI DASAR LUMPUR
Fitria seorang wanita yang lembut dan sabar. Walau berasal dari keluarga sederhana dan penuh kekurangan, bukan menjadi hambatan tuk meraih impian. Baginya, segala kekurangan yang ada padanya adalah cambuk kekuatan yang luar biasa. Semangatnya tuk belajar tak pernah surut. Dia ingin membuktikan bahwa dia bisa berkarya. Suatu saat dia bisa sukses dan menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Dimulai dari kelas 5 SD, dirinya mulai sadar dari semua kekurangan dalam keluarganya. Ayah dan ibunya adalah orang yang amat baik. Tetapi mereka bukanlah orang yang beriman. Itulah yang menjadi kerisauan hatinya. Setiap malam dia berdo‘a pada kepada Sang Pencipta. Setiap hari senin dan kamis dia selalu berpuasa. Dia ingin suatu hari keluarganya menjadi keluarga yang bisa beriman dan jadi hamba Allah SWT yang shaleh. Setelah tamat SMP dia putuskan sekolah di kota sambil ngaji di pesantren. Walau dengan segala keterbatasan, fitria mengabdi pada Kyai Abdullah; seorang kyai ternama di kotanya. Apapun fitria kerjakan untuk membantu keluarga Kyai Abdullah. Asalkan dia bisa ikut mengaji. Siang hari dia sekolah di SMEA. Itupun dengan biaya yang sedikit diperingan karena kecerdasannya. Sang kyai sangat sayang padanya, karena prilakunya yang baik dan kegigihannya dalam menuntut ilmu. Suatu malam fitria bermimpi. Raja jin jatuh cinta padanya. Dibawalah fitria ke kerajaan yang begitu megahnya. “Indah sekali kerajaan ini” batin fitria kagum. Lalu fitria dirias oleh para dayang kerajaan. Fitria laksana putri keraton yang cantik jelita. Para dayang dan prajurit menunduk menghormatinya. Tetapi hati fitria berontak. Dia tidak mencintai sang raja. Maka sebelum akad nikah dilaksanakan fitria menghadap sang raja. Raja tersenyum menyambutnya. “Silahkan putri!” kata raja sopan “Ampun baginda raja” fitria mengawali bicara. Dengan berlinangan air mata fitria berkata ” Wahai paduka raja yang mulia, hamba yakin paduka tidak akan merendahkan kehormatan paduka yang mulia untuk merendahkan hamba. Hamba tahu paduka begitu mulia dan kaya raya. Jika hamba jadi permaisuri paduka, harusnya hamba amat bahagia. Tetapi jujur hamba katakan hamba tidak bisa mencintai paduka setulus hati hamba. Maka hamba mohon batalkan pernikahan ini. Karena ini tidak akan membuat paduka bahagia. Hamba mohon pulangkan saja hamba ke rumah. ” begitu kata fitria sambil bercucuran air mata. Sang raja menunduk, sebentar ia terlihat sangat kecewa. Tetapi sang raja mengerti apa yang dikatakan fitria adalah benar. Karena fitria tidak mencintainya, bagaimana mungkin raja bisa bahagia. Begitulah bisik hati sang raja. ”Prajurit, antarkan wanita mulia ini pulang” perintah raja. Kemudian fitria diantarkan pulang naik kereta kencana yang didampingi dayang-dayang cantik dan pasuakan prajurit berkuda putih. Tiba-tiba fitria terbangun. ”Subhanallah...aku bermimpi“ Setelah kejadian itu fitria sering bertanya dalam hati, apa arti mimpinya kemarin? Seperti biasa fitria menjalankan aktifitas di pesantren dan di sekolah. Dia murid yang pandai di sekolahnya. Banyak teman yang ditolong dalam pelajaran. Beberapa minggu kemudian fitria mimpi lagi. Kali ini benar-benar ajaib. Rosullullah SAW datang dalam mimpi melamarnya. Fitria menerima lamaran itu lalu fitria terbangun. ”Allahu akbar, Subhanallah, maha suci engkau Ya Allah” bisik fitria. Dia tidak berani menceritakan mimpinya itu pada siapapun. Bulan berganti, tahun berlalu. Saat fitria berdua saja dengan kyai Abdullah, setelah selesai mengaji, kyai berkata pada fitria ”Fitria, kamu wanita berhati emas. Suatu saat kamu pasti hidup sangat bahagia” ”Amin..” fitria mengamini tanpa berani bertanya macam-macam Tahun-tahun berlalu begitu cepat. Sudah banyak yag terjadi pada fitria. Beribu cobaan dan ujian telah menghampirinya. Fitria kini telah menjadi istri yang sangat baik. Meski suaminya; mas Zen orang yang tidak bertanggung jawab, pemarah, pemabuk, pemalas, serta selalu berkata kotor dan kasar padanya. Selalu ia hadapi dengan sabar dan bijak. Bahkan dirinya berperan ganda sebagai ayah sekaligus ibu dari anak-anaknya. Karena suami yang seharusnya menafkahi fitria dan anak-anak justru sebaliknya. Suaminya selalu ingin hidup serba ada. Apapun yang ia inginkan fitria harus menyediakan. Fitria berusaha tabah dan tak pernah mengeluh. Dia yakin pasti ada hikmah dibalik semua kejadian yang menimpanya. Puluhan tahun fitria hidup dengan suaminya. Kemudian fitria berpuasa 2 hari berturut-turut. Memohon pada Yang Maha Kuasa untuk melepaskan fitria dari pernikahannya. Dia pasrahkan semua pada Sang Pencipta. Dirinya sudah tak sanggup lagi menghadapi perilaku suaminya. Suatu hari perceraian itu benar-benar terjadi. Suami fitria mengusirnya kembai ke rumah orang tuanya. Namun fitria tidak diperbolehkan membawa anak-anaknya. Satu pakaian miliknyapun tak boleh dibawanya. Fitria pasrah, sambil berpelukan fitria berpesan kepada putra-putrinya, agar mereka tabah menghadapi cobaan ini. “Jaga diri baik-baik. Umi akan pergi jauh. Kalian harus sabar dan selalu berdo’a. Belajarlah yang rajin, buktikan pada dunia kalau kita bisa sukses. Umi sayang kalian” ”Iya umi, kita akan baik-baik saja. Umi juga jaga diri ya! Kami sayang umi“ jawab anak-anak sambil berlinangan air mata. ”Umi pergi ya! Assalamualaikum..” ”Wa‘alaikumsalam, umi hati-hati ya!” teriak rega dan rika hampir bersamaan. Fitria mengangguk sambil bercucuran air mata. Begitu berat rasanya harus berpisah dengan.anak-anaknya. Fitria naik mobil kemudian melaju ke rumah orang tuanya. Raut-raut wajah kesedihan menyambut kepulangan fitria. Ayah fitria memeluknya mencoba memberi ketenangan. Dibalik kepedihan fitria karena harus meninggalkan anak-anaknya, ada kebahagiaan yang telah lama dia damba. Kedua orang tua dan saudara-saudaranya telah beriman kepada Allah SWT. Mereka kini telah menjadi hamba-hamba Allah yang shaleh. Semua keluarga fitria menyambutnya dengan berlinang air mata. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Fitria dan orang tuanya yakin, pasti ada hikmah dibalik semua ini. Setelah menenangkan diri beberapa waktu, fitria memutuskan merantau ke luar negeri. Taiwan adalah pilihan mengadu nasibnya. Di taiwan fitria mendapatkan majikan yang sangat baik. Karena fitria bekerja dengan setulus hati dan penuh kasih sayang merawat orang tuanya, maka fitria dianggap sebagai keluarga bagi majikan. Dua tahun berlalu tak terasa fitria berkenalan dengan pria yang gagah dan penuh karisma. Pria itu berasal dari jawa. Gusti nama pria itu. Kemudian mereka berdua menjalin cinta dan sepakat setelah masa kontrak selesai, mereka akan pulang dan membina rumah tangga serta memulai usaha bersama. Sebelum pulang fitria mendapatkan hadiah uang yang luar biasa besar dari kupon belanjanya. Fitria sangat bersyukur kepada Allah SWT, karena do‘a dan ketegaran hatinya mulai menampakkan hasil. Setelah kontrak mereka habis, pulanglah fitria ke indonesia dengan gusti kekasih hatinya. Setelah melakukan resepsi pernikahan yang dihadiri banyak anak-anak yatim piatu, janda-janda tua yang miskin, juga mengundang sahabat dan handai taulan. Tak lupa hadir anak-anak hafid Alqur‘an beserta kyainya. Selesai resepsi digelar, beberapa bulan kemudian, mereka; fitria, ibu, serta suami fitria tercinta berangkat ibadah haji ke tanah suci makkah. Ayah fitria sudah berpulang ke Rahmatullah saat dia masih di taiwan. Seperti rencana semula, fitria dan suaminya mendirikan pesantren modern. Yang kemudian berkembang lagi dilengkapi dengan universitas. Mereka juga mendirikan pesantren khusus untuk menampung anak yatim piatu. Sebuah dealler motor lengkap dengan aksesorisnya pun berdiri dan tak pernah sepi dari pembeli. Selain itu berdiri juga sebuah butik yang lengkap dan begitu laris. Fitria sangat bersyukur kepada Allah SWT, karena telah diberi begitu banyak kenikmatan dan rezeki. Setiap bulan dia selalu berbagi kebahagiaan dengan janda-janda miskin dan anak yatim piatu di sekitarnya. Ada beberapa toko kelontong dan beberapa hektar sawah yang hasil penjualannya dibagikan kepada fakir miskin dan yatim piatu yang diasuhnya. Dengan suaminya kini fitria dikaruniai seorang anak lelaki yang tampan dan pandai. Serta seorang anak perempuan yang cantik dan cerdas. Anak-anaknya terdahulu telah tumbuh dewasa menjadi orang-orang yang dibanggakan, seperti cita-cita dan do‘anya. Rika kini sudah menjadi pejabat di kotanya. Dan Refa menjadi seorang kyai. Mereka berdua sukses dalam bisnisnya. Meski fitria telah menjadi seorang ternama dan kaya raya. Dia tetap rendah hati dan selalu tersenyum pada siapa saja. Untuk mengisi hari-harinya, fitria disamping terjun langsung mengurus pesantren yatim piatu, ia masih sering menyempatkan waktu untuk mengisi pengajian ibu-ibu yasinan. Dan juga begitu setia mendampingi suami tercinta yang sangat menyayanginya. Kadang fitria sengaja berjalan keliling kampung sambil berolahraga. Dia juga mengamati barang kali diantara sekian banyaknya masyarakat ada yang masih perlu ditolong. Sering dalam perjalanan dia menemukan orang tua yang sakit dan memerlukan perawatan rumah sakit. Namun mereka tidak punya uang. Fitria memohon izin agar orang tua itu dibawa ke rumah sakit. Dan semua biaya rumah sakit dia lah yang menanggungnya. Telah begitu banyak orang-orang yang ditolongnya. Sehingga fitria begitu bahagia, karena usaha dan ketegarannya serta do’anya telah terwujud. Dia pun kini begitu dikagumi dan disayangi banyak orang. Karena fitria kini laksana berlian dari dasar lumpur.