Nama Pemenang


- 得獎名單公佈 -

Hadiah Pertama
1 orang, hadiah uang NT 100.000, beserta 1 piala.
http://2014tlam-vn.blogspot.tw/2014/04/giac-mo-noi-xu-nguoi.html

Hadiah Juri
1 orang, hadiah uang NT 80.000, beserta 1 piala.
http://2014tlam-vn.blogspot.tw/2014/05/mua-nhan-chin.html

Hadiah Favorit
6 orang, hadiah uang NT 20.000, beserta piagam penghargaan 1 lembar.
★ Nguyễn Cẩm Thùy / Nỗi Lòng Người Con Xa Xứ 
http://2014tlam-vn.blogspot.tw/2014/05/noi-long-nguoi-con-xa-xu.html

http://2014tlam-id.blogspot.tw/2014/04/kisah-ye-feng-dan-carlos.html

http://2014-tlam-th.blogspot.tw/2014/05/blog-post_31.html

http://2014tlam-vn.blogspot.tw/2014/05/dong-nhat-ky-trong-em.html

http://2014tlam-id.blogspot.tw/2014/03/asap-hitam-di-suriah.html

★ Nanik Riyati / KEJUJURAN DAN HIJABKU
http://2014tlam-id.blogspot.tw/2014/04/kejujuran-dan-hijabku.html



2014 Taiwan Literature Award for Migrants
第一屆移民工文學獎,得獎作品公布
2014 Penghargaan Sastra Pekerja Migran Pertama 
Pengumuman Pemenang Lomba Karya Tulis 
移民苦難打動評審,「他鄉之夢」獲首獎十萬元
Penderitaan Para Imigran Menyentuh Hati Para Juri, 
“Mimpi Di Negeri Orang” Mendapat Hadiah Uang 100 ribu NT

Setelah melalui proses peninjauan yang panjang dan rumit dari dewan juri, hasil Penghargaan Sastra Pekerja Imigran Pertama diumumkan pada 20 Juli. Hasil karya dengan bahasa Vietnam “Mimpi di Negeri Orang (Giấcmơnơixứngười)” karena menggambarkan dengan jelas berbagai penderitaan meninggalkan kampung halaman, menyentuh hati dewan juri, mendapat juara pertama dan uang hadiah 100 ribu NT.  

2014 Penghargaan Sastra Pekerja Migran Pertama diselenggarakan bersama oleh Foreign Spouses & Labours Voice, National Museum Of Taiwan Literature, dilaksanakan oleh Organisasi Pengembangan Pekerja Asing, disponsori oleh Departemen Kebudayaan, Pegatron Corp, Bapak Tung Tzuhsien, Zhi Chen Education Foundation, Western Union, Thinking Taiwan Foundation. Dibantu oleh kedutaan dari empat Negara yakni Vietnam, Thailand,Indonesia dan Filipina, beserta media pers Koran Empat Arah, The Migrants, The Manila Post, Intai, TIM dan RTI.  

Sejak pengajuan naskah dari bulan Maret 2013, total menerima 260 artikel dengan empat bahasa (Indonesia 107 artikel, Filipina 74 artikel, Vietnam 63 artikel, Thailand 16 artikel), juri dari empat bahasa dan pengguna internet memilih 42 artikel masuk babak final (Indonesia, Filipina, Vietnam 11 artikel, Thailand 9 artikel), setelah diterjemahkan dalam bahasa mandarin, penyeleksian akhir dilakukan 5 orang juri.
5 orang juri tersebut adalah penulis terkenal Taiwan dan professor, setelah melewati perundingan sengit dan dua kali pengambilan suara, terpilih 8 artikel. Termasuk 4 artikel bahasa Vietnam, 3 artikel bahasa Indonesia, 1 artikel Thailand. Sedangkan hasil karya bahasa Filipina, dikarenakan lebih banyak dalam bentuk puisi, setelah melalui penerjemahan, lebih sulit ditanggani, oleh karena itu tidak dapat masuk babak final, sungguh sangat disayangkan.

Luo Yijun salah satu juri beranggapan, “Penghargaan Sastra Pekerja Imigran Pertama” sangat bermakna bagi masyarakat Taiwan: “begitu banyak luka, sentimental, keluarga yang hancur, percintaan yang retak…yang tidak mungkin hanya fiksi belaka, mengubah kesan masyarakat terhadap mereka yang tidak bersuara/ tidak berdaya.”

Gu Yuling (juri) menyatakan, penulisan artikel secara mendetil yang paling membuat dia tertarik, ada artikel yang menuliskan Taiwan di mata pekerja imigran, terutama dalam perbedaan antara kota dan desa, sangat mengesankan. Ting Mingching (juri) berkata, dia memilih artikel dengan alur cerita yang kuat, dengan harapan dapat membuat pembaca Taiwan bersedia memahami dan merasakan kondisi pekerja imgiran.

Kali ini hasil karya lomba sastra termasuk puisi, cerpen dan prosa, ketika seleksi juri tidak memilih jenis artikel. Huang Jingsu (juri) menyarankan seharusnya membatasi jenis artikel, karena jenis artikel yang berbeda memiliki persyaratan yang berbeda. Mengenai kualifikasi juri, karena pihak juri tidak mengerti bahasa asli dalam artikel, beranggapan “tidak memiliki kualifikasi yang cukup sebagai juri dalam menilai artikel yang diikutkan dalam lomba,” namun juga menyetujui bahwa lomba sastra ini sangat bermakna, sehingga bersedia ikut berpartsipasi.

Chen Fangming ketua dewan juri berkata, dari barisan tulisan yang tersirat, dia dapat melihat kekejaman Taiwan, terlihat kekhawatiran, nasib, ketakutan pekerja imgran, Taiwan adalah masyarakat imigran, perpindahan imigran Asia Tenggara dalam jumlah yang besar, membawa bahasa, budaya yang berbeda dan sejarah. Chen Fangming berharap imigran baru dapat menuangkan pengalaman hidup di Taiwan ke dalam tulisan sastra, memperluas batas-batas sastra Taiwan. 

Pihak panitia Chang Cheng meminta maaf atas ketidaksempurnaan dalam proses perlombaan ini, termasuk hasil karya harus melalui penerjemahan, yang mengurangi keistimewaan karya asli, juga dikarenakan dana yang terbatas, sehingga tidak membedakan jenis artikel, berakibat dewan juri menjadi kesulitan, terhadap peserta lomba juga tidak adil; yang mengharuskan pengiriman naskah melalui internet, selain merugikan pihak yang tidak mengoperasikan komputer, dan karena menggunakan situs website gratis sebagai media utama, kadang situs tersebut tidak stabil, sulit menghindar dari pemberian suara palsu pada babak penyisihan. 

Chang Cheng menyatakan, “Penghargaan Sastra Pekerja Imigran Pertama” memiliki maksud ganda, pertama adalah berharap lomba sastra sebagai wadah, dan hadiah uang sebagai pancingan, mendorong pekerja imigran supaya bersedia tampil, diperhatikan oleh masyarakat Taiwan; kedua adalah berharap pekerja imigran menggoreskan perasaan mereka sehari-hari kedalam bentuk tulisan, memberi komentar yang lebih akrab dan lebih nyata terhadap Taiwan.

Pemenang Penghargaan Sastra Pekerja Imigran Pertama dan data sebagai berikut:

* Hadiah Pertama, hadiah uang NT 100.000: Mimpi di Negeri Orang (Giấcmơnơixứngười), penulis ĐinhThịLĩnh, bahasa Vietnam 

* Hadiah Juri, hadiah uang NT 80.000: Ketika Longan Sudah Matang (Mùanhãnchín), penulis LêHoàngHiệp, bahasa Vietnam

* Hadiah Favorit 6 orang, hadiah uang NT 20.000 per orang:
1. Suara Hati Anak Yang Jauh Dari Kampung Halaman (NỗiLòngNgười Con XaXứ), penulis NguyễnCẩmThùy, bahasa Vietnam

2. Kisah Ye Feng dan Carlos, penulis Erin Cipta, bahasa Indonesia

3. Persahabatan Tanpa Batas (มิตรภาพไร้พรมแดน), penulis MrsKhemphonSridongphet, bahasa Thailand

4. Diari Malam (Dòngnhậtkýtrongđêm), penulis LêThúyVịnh, bahasa Vietnam

5. Asap Hitam Di Suriah, penulis Sri Yanti, bahasa Indonesia

6. Kejujuranan dan Hijabku, penulis Nanik Riyati, bahasa Indonesia



Kesan dari Dewan Juri 評審感言
Selain Lomba Sastra, Apakah Ada Hal Lain Yang Bisa Kami Kerjakan?
在文學獎之外,是不是還有其他我們可以做的事?

黃錦樹 2014/7/15

Ini adalah lomba sastra yang sangat istimewa, dalam perlombaan sastra mungkin ini merupakan lomba sastra yang paling memiliki makna etis.

Lomba sastra semakin menjadi ilusi, bahkan menjadi mangsa bagi orang yang hanya mencari penghargaan,penghargaan dengan bahasa asing ini mungkin menjadi halangan bagi mereka. Sebagai juri, disaat kami membaca, perlu berpikir ulang apa yang dimaksud dengan sastra, makna awal dari lomba sastra, makna etis yang tersimpan, segi pandang etis dengan posisi sebagai juri dll. 

Namun sistem tata tersebut, ada beberapa masalah yang layak untuk dipikirkan. Agar peserta lomba dapat menyuarakan suara dengan menggunakan bahasa ibu, ini adalah sangat bagus.Namun dengan situasi yang lebih sempurna, bukankah sebaiknya orang yang memiliki bakat dalam bahasa tersebut menjadi juri, yang juga artinya, kami tidak memenuhi kualifikasi sebagai dewan juri dalam menilai hasil karya lomba sastra ini, kami harusnya memiliki bakat bahasa ibu dari imigran baru. Namun kami tidak memiliki bakat tersebut, dapat terlihat jelas bahwa sastra Taiwan masih belum cukup matang sampai batas tersebut, sehingga hasil karya yang ikut dalam lomba harus diterjemahkan dalam bahasa mandarin. Meskipun makna awal dari lomba sastra ini adalah agar hasil karya mereka dapat dibaca oleh pembaca Taiwan, untuk menarik perhatian dari pembaca Taiwan. Selain memberi sedikit halangan bagi orang yang hanya mencari penghargaan, juga menambah keterlibatan yang lebih mendalam kepada para penerjemah, kemampuan pernyataan dalam bahasa mandarin mereka, kemampuan penaksiran mereka memegang peranan penting. Dalam kata lain, para penerjemah dalam lomba sastra mungkin adalah rekan kerja dalam tingkat tertentu. Merupakan perjuangan mereka dalam penerjemahan bahasa mandarin sehingga menciptakan pemahaman yang dapat dimengerti.

Kebanyakan peserta lomba sastra ini adalah penulis amatir, bagi mereka sastra memiliki jarak yang jauh dari mereka. Berada di negeri asing Taiwan, jika kurang beruntung, perjuangan mereka untuk bertahan hidup mungkin sudah sangat melelahkan. Dan menulis sastra merupakan pergulatan dengan bahasa. Pertimbangan akhir kami sebagai dewan juri tetap adalah sastra, apakah akan terabaikan seruan sedih lainnya, hanya dikarenakan mereka kurang memiliki teknis sastra? Disisi lainnya, selain lomba sastra, apakah ada hal lain yang bisa kami kerjakan?


The Winners Video