Bukan BMI

2015/4/15 / Novie Lintian / Bukan BMI / Indonesia 印尼 / Tidak ada

"          Bukan BMI

  Tak sedikit sahabat yang tercengah mendengar jawabanku ketika mereka tanya sekarang aku dimana dan apa kabarku saat ini.
  ya, aku membesar dari keluarga seni, kakakku yang paling besar adalah vocalis terbaik di Kabupaten kami, dan ayahku pula seorang pemain seruling terbaik versi Dangdut Jawa Tengah di tahun 1995, tapi sayangnya beberapa tahun setelah itu beliau meninggal karena diare akut, tepatnya pada Juli 1997.
  Kehidupan keluarga kamipun semakin sulit, sekolahku bergantung pada seberapa mampu aku mempertahankan prestasiku untuk tetap mendapatkan beasiswa sekolah kami.
Di saat anak-anak lain sibuk berganti-ganti boyfriend, aku justru terus bergelut dengan beratnya masalah hidup kami.
Aku berfikir keras bagaimana caranya untuk sekedar membeli buku dan membantu ibu membeli beras untuk  makan aku dan  kami sekeluarga.
Dan akupun bergabung dengan grup solo organ di kampungku, dalam satu kali show aku mendapat honor Rp.50.000.
Waktu itu bukan bapak Ir.Jokowi yang menjabat Presiden Indonesia, dan harga BBM juga belum melambung seperti sekarang ini, jadi harga beraspun juga masih terjangkau oleh kami rakyat kurang mampu, dan uang lima puluh ribu rupiah itupun tergolong lumayan juga.
Aku suka menyanyi dan cita-citaku sejak kecilpun sebenarnya ingin menjadi seorang penyanyi , itu saja.
Itulah sekelumit cerita tentang siapa aku dan bagaimana masa remajaku.
Tapi rupanya takdir berkata lain, nasib membawaku menjadi seorang TKW atau di Taiwan ini di sebut BMI.
Tak mudah untuk menjadi seorang BMI yang mampu bekerja cerdas.
Budaya, bahasa, dan agama yang berbeda yang menyulitkanku untuk cepat beradaptasi dengan pekerjaan dan orang - orang di sekitarku.
Tuhan, bagaimana laupanku bisa tahu maksudku jika untuk sekedar menjelaskan mengapa aku tidak boleh makan daging babi saja aku harus merangkai rangkai dan menyusun kata menjadi kalimat yang bisa di terima mereka dengan baik tanpa harus menyinggung hati siapapun itu seminggu lamanya.
Dan untuk menjelaskan mengapa aku harus berpuasa di bulan Ramadhan biarpun mereka terus melarangku karena mereka takut aku akan mati jika tidak makan dan minum seharianpun aku sangat kesulitan.
  Inisiatif, kreatif, rajin, sopan, ramah, cepat dalam mempelajari sesuatu yang baru, dan tahan banting pastinya yang membuat kita di sukai oleh laupan di Taiwan ini.
Aku harus melupakan cita-citaku dan akur dengan tulisan di buku takdirku saat ini, tetap tersenyum dan tetap semangat menjadi seorang BMI, demi menjadi seorang perempuan yang mandiri, sukses, dan paling tidak nggak akan menyusahkan orang lain lagi di masa yang akan datang.
Tapi aku tetaplah aku, mantan biduan solo organ kampung ini tetap saja terus berusaha menjadi seorang biduan kota walaupun sekarang bukan lagi bernyanyi di atas panggung berhias lampu-lampu merah kuning hijau, tapi bernyanyi di toilet sambil menggosok- gosok lantai kamar mandi dan madong, hahahaaaa.
Allah tidak akan memberikan apa yang kita inginkan, tapi Allah akan mencukupi apa yang kita butuhkan.
Inilah kisahku, dengan menjadi BMI ternyat semua menjadi indah.
Tak selalunya kita dapat mewujudkan cita-cita kita, namun yang pasti tetap berusaha menjadi yang terbaik dengan apapun yang kita miliki sekarang adalah sebaik-baiknya pilihan hidup.