Dia Seorang Nyonya

2015/4/1 / Uci Zahra / Dia Seorang  Nyonya / Indonesia 印尼 / Tidak ada

Pagi yang masih menyisakan rasa dingin walau sedikit mampu membuatku enggan beranjak dari nyamannya terbaring, karena pergantian musim belum benar-benar sah terjadi, panas mentari hanya sedikit menyengat dan kadang bersembunyi lagi di balik awan. Walaupun ini pengalaman pertamaku kerja di Taiwan dan baru setahun di sini tetapi setidaknya aku sudah sedikit terbiasa dengan perubahan cuaca dan suhunya yang kadang membuat diri ini enggan beralih dari hangatnya selimut tetapi aku ingat kewajibanku maka dingin pun kulawan.

Aku bekerja di daerah Hsinchu City, hanya serumah dengan nenek yang aku jaga, dia masih sehat tetapi kakinya sedikit susah untuk berjalan normal jadi  ketika berjalan selain membutuhkanku dia juga butuh tongkat berkaki empat, walau begitu ada kebiasaan dari nenekku yang kadang buat aku geleng-geleng kepala dan pasti terlintas kebiasaan  kebanyakan ibu-ibu di rumah, he... he... apalagi kalau bukan ngerumpi alias ngegosip.

Dan yang paling heboh adalah ketika ada seorang perempuan penghuni baru rumah sebelah, wuiihhhh suka sekali dia berlama-lama duduk di teras atau olahraga walau hanya menggerakkan tangannya, adalagi yang lucu ketika dia menyiram bunga tanah di pot sampai habis karena kebanyakan air seperti erosi, longsor jadinya.

""Weli, dia cantik sekali ya pantas akong sebelah suka senyum-senyum kalau bicara dengannya"" ucapnya sore itu.
Sebenarnya namaku Werlin tapi mudahnya biar dipanggil nama kusingkat jadi Weli, kebanyakan pekerja asing dari Indonesia namanya pasti disingkat biar memudahkan majikan untuk mengingat dan memanggil nama kita.
""Siapa yang Ama maksud?"" aku pura-pura bertanya padahal sudah pasti perempuan penghuni baru rumah sebelah yang dimaksud, sebenarnya selain perempuan  itu ada penghuni lain yaitu Tuan Lin Yang dan ayahnya, dan terlihat perempuan itu menjaga ayahnya tuan Lin, mungkin dia pekerja seperti aku, karena wajahnya terlihat orang Indo. ""Siapa lagi kalau bukan perempuan sebelah.""
""La... perempuan sebelah Ama kan saya, waah... Ama tega dengan saya"" gurauku.
""Ah... kamu ini"". Lalu dia meninggalkanku perlahan dengan bibir yang manyun.

Pagi ini aku disuruh beli sarapan ham pao dan to ciang oleh Ama, sepulangnya dari beli sarapan terlihat olehku kemesraan antara ayahnya Tuan Lin dan perempuan itu. Hemmm... ada keanehan di antara keduanya pikiran negatif pun mulai berseliweran di benakku. Ahh, sudahlah bukan urusan saya, walau memang saya sering mendengar adanya seorang pekerja asing yang menjalin hubungan dengan majikannya tapi benar tidaknya hanya Tuhan yang tahu dan semoga wanita itu tidak.

""Weli, kamu lihatkan tadi bagaimana dekatnya mereka sampai pelukan?"" Ahh, Ama, memang apa yang dia ucapkan benar karena saya melihatnya sendiri tapi saya tidak mau membumbui pedasnya kata itu. ""Sudahlah Ama, habiskan dulu ham paonya nanti Ama tersedak kalau berbicara ketika makan!""  Kutinggalkan Ama yang melanjutkan sarapannya untuk membereskan tanaman yang dirusak oleh ama kemarin. Kulihat perempuan sebelah rumah datang mendekat. ""Mbak orang Indo?"" tanyaku basa-basi.
""Ia, nama saya Rani dari Jawa Tengah, kalau Mbak?""
""Saya Werlin dari Jawa Timur, sebelum di sini mbak dulu kerja di mana dan jaga apa?"" tanyaku beruntun.
""Dulu di Taipei dan jaga nenek.""

Dan perbincanganku terhenti ketika ama memanggilku, padahal di benakku membuncah rasa ingin tahu tentang Rani, ""mungkin aku sudah ketularan Ama, he...he..."" Aku tersenyum sendiri. Karena walau rumah kami bersebelahan dan hanya terpisah oleh taman kecil milik ama, tetapi kebiasaan orang sini tidak seperti orang desa yang mudah untuk mengetuk pintu dan bertamu. Di sini kalau tidak ada perlu atau kepentingan maka tidak saling berkumpul ria cerita itu cerita ini apalagi aku hanya pekerja asing jadi penasaranku tentang Rani kusimpan dulu dalam kotak hati.

""Weliiiiiiiiii..........!!!"" teriak Ama. Aku yang sedang mencuci baju segera berlari menuju asal suara takut terjadi hal buruk pada Ama. Tapi.....
""Weli lihat perempuan itu dan akong lagi-lagi bermesraan, apa dia tidak takut dengan majikannya? Oh iya Weli, untung suamiku sudah tidak ada kalau ada jangan-jangan kamu pun seperti dia."" Aku hanya bisa bersabar menghadapi hobi ama yang satu ini, yaitu suka mengintai dan ikut campur urusan orang lain. Setiap hari ada saja yang jadi bahan untuk menggosipkan orang lain. Hemmm... ternyata bakteri gosip tidak kenal usia untuk menjangkiti. Geregetan karena ulah ama yang membuat kerja berhenti di tengah jalan dan untuk infonya yang tidak bermanfaat juga andaiannya yang tidak masuk akal aku sentuh pipinya dengan tanganku yang masih basah oleh air cucian, dan....
""Weliiiiiii....!!! Speaker suara pun berbunyi nyaring untuk kedua kalinya. Aku tersenyum puas lalu kutinggalkan  ama yang berceloteh sendiri dengan bahasa hokkian yang tidak aku pahami, untuk meneruskan kerjaku yang belum selesai.

Pagi hari ini mumpung matahari sedang bersinar, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang bersembunyi di balik awan  aku dan ama jalan-jalan ke taman, di sana juga banyak mbak-mbak dari Indonesia yang membawa ama atau akong yang mereka jaga, bahkan ada yang menjaga perempuan atau lelaki dewasa yang lumpuh juga anak-anak. Tapi hanya sekitar setengah jam saja ama sudah mengajak pulang, jarak antara rumah ama tidak jauh dari posisi kami saat ini ketika pemandangan pagi yang membuat aku dan ama sama-sama melongo dan saling bertukar pandang. Ya, mbak Rani dan Tuan Lin Yang yang sekarang terlihat lebih dari sekedar akrab dan keduanya terlihat memasuki mobil, biasanya  aku dulu kalau naik mobil bersama majikan pasti duduk di belakang kalau hanya berdua, tapi ini mbak Rani terlihat biasa  duduk di depan sambil bercengkerama dengan tuan Lin Yang. ""Hemm... mungkin hubungan mereka hanya sekedar hubungan platonic."" batinku.
""Weli, perempuan itu aneh ya?"" Hanya kalimat pertanyaan itu yang keluar dari mulut ama mungkin dia sudah sadar dan tidak mau banyak bergosip.

Jam sudah menunjukkan angka sebelas aku bergegas untuk memasak makan siang. Tidak banyak menu yang aku siapkan karena yang hanya aku dan ama yang makan kecuali akhir pekan ketika anak-anak ama sekaligus majikanku datang untuk berkunjung pasti banyak menu makanan yang tersaji. Aku mencari ama yang sedari pulang jalan-jalan tadi tidak kelihatan, dia tidak di kamar juga tidak sedang menonton television.

""Ama... Ama..."" Panggilan kerasku tiada jawaban.
""Kemana dia?""

Aku mencari keseluruh ruangan di dalam rumah yang tidak seberapa besar ini tapi tidak kujumpai juga dia, aku mencoba mencari ke luar rumah juga tidak ada, aku sudah bingung berbagai andaian membuatku takut. Tiba-tiba terdengar suara ramai orang berbicara. Kucermati sumber suara dan ternyata suara itu berasal dari rumah Tuan Lin Yang, suara yang tidak asing pun menyapa telinga, yah, suara ama. Aku beranikan diri bertamu ke rumah Tuan Lin.
Dengan ramah Tuan Lin mempersilahkan aku masuk, langsung aku bertanya kenapa ama bisa di sini.

""Ama tadi bilang kepada saya kalau Rini bermesraan dengan ayah saya berlebihan ketika saya tidak di rumah, dia bilang Rini genit,"" jawab Tuan Lin.

""Ama apa itu betul?""
""Kamu juga lihat sendiri kan sikap wanita itu, kalau sampai sikap tidak baik seorang pekerja asing seperti itu tersebar bukankah semua pekerja asing ikutan kena,"" terang ama.

Wah, ama memikirkan hal seperti itu juga rupanya, batinku.

Belum sempat aku mengeluarkan pertanyaan lagi Tuan Lin sudah angkat bicara lagi. ""Tapi Ama, Rani ini istri saya jadi wajar kalau dia bersikap seperti itu terhadap ayah saya yang juga ayah mertuanya.""
Aku dan ama saling berpandangan. Apa, mbak Rani ternyata istri Tuan Lin? Jadi dia bukan perawat akong, dia seorang warga Taiwan, ah... malunya aku karena terbersit sangkaan jelek terhadapnya, ama pun terlihat senyum-senyum sendiri, pasti malu dan juga merasa bersalah karena menuduh sembarangan. Akhirnya Tuan Lin dan istrinya alias mbak Rani menjelaskan dari awal hubungan mereka, aku dan ama mendengar dengan antusias, apalagi saya. Setelah paham aku dan ama meminta maaf pada mereka, pelajaran juga buat saya dan ama bahwa jangan suka menuduh sembarangan atau suka ikut campur urusan orang, seperti pepatah mengatakan; jangan suka jaga kain tepi orang.

Jodoh itu misteri, ia datang dari arah yang tidak di sangka seperti rejeki, terkadang melalui hal yang sulit diterima akal tapi itulah kuasa Tuhan, keajaiban dan takdir.

The end
1 April 2015

Catatan:
-Platonic adalah hubungan antara lawan jenis yang di dalamnya tidak ada hasrat bercinta atau seks.
-Ham pao adalah burger atau roti bulat isi daging, sayuran dan telur, yang menjadi sarapan khas orang Taiwan.
-To chiang adalah sari kedelai, minuman pelengkap sarapan.