Sebentar Ma, rawatlah aku dulu.” Sepenggal jawaban Bapaknya Rahma , ketika Rahma mengutarakan niat, sekaligus berpamitan untuk yang ketiga kalinya pergi bekerja ke Taiwan. Dari kata “ Sebentar “yang menunjukkan sikap belum siapnya, belum relanya seorang Bapak dari Rahma Farani ini melepas anaknya pergi lagi meniggalkannya. “ Iya pak.” Jawaban singkat disertai kelembutan suara , sebagai bentuk penghormatan anak kepada orang tuanya. Yang dia tambahkan dengan senyuman dan pertanyaan “ Kenapa kok belum siap pak ?:” Tapi dari pertanyaan ini , Bapaknya Rahma , Bapak Muchyar Na’im Cuma menjawabnya dengan diam.
Selang setengah jam dari diamnya, ketika Rahma sedang sibuk di dapur. Dengan suara keras , pak Muh. Ya, kebanyakan orang termasuk tetangga memanggilnya dengan panggilan begitu. “ Kalau kamu ada di rumah, Bapak merasa jadi terawat Ma, lihatlah, Bapak bertambah gemukkan?” mendengar jawaban itu, Rahma yang sebenarnya kaget langsung menghampiri Bapaknya, yang dari tadi duduk di ruang tamu yang bersebelahan dengan dapur di mana dia memasak. “ Benarkah!” pertanyaan yang disertai senyuman manis di bibir Rahma, jelaslah anak gadisnya ini merasa tersanjung hatinya. Dalam hati dia juga bersyukur kalau kehadirannya, keberadaannya ternyata berarti dan membawa perubahan baik untuk Bapaknya.”
Tetapi berbeda lagi ketika Rahma berpamitan kepada Bundanya. Bunda langsung pada kata melarang dan menyuruh Rahma untuk bisa bersikap “ Nerimo “ ( Menerima dengan apa yang sudah dimilikinya sekarang ). “ Segala keinginanmu bisa kamu wujudkan, tanpa harus pergi ke luar negeri lagi Ma, selama kamu berusaha dan tentu dibarengi dengan berdoa Allah SWT, pasti menunjukkan jalan untuk kamu.” Nasihat panjang dan penuh arti dari Bunda Farah Syarifah untuk Rahma anaknya. “ Iya, Bunda benar sekali .” jawab Rahma singkat, sambil menundukkan kepalanya. Tapi dalam hati sebenarnya masih ada alasan lain, hanya saja Rahma memilih diam.
Rahma juga bisa memahami, arti kedua sikap yang berbeda dari kedua orang tuanya. Meskipun pemahamannya itu mungkin tak sedalam pemikiran dan maksud orang tuanya. Tapi Rahma tahu itu adalah salah satu dari banyak cara orang tua untuk menunjukkan rasa kasih sayangnya kepada anaknya. Apalagi Rahma juga menyadari pendeknya waktu kebersamaan dirinya dan kedua Orang Tuanya juga kedua adiknya. Karena sejak masih kecil, ketika duduk di bangku sekolah dasar ( SD) kelas III. Orang Tua sudah menuntutnya untuk berani tinggal dan menuntut ilmu dalam lingkungan pesantren. Dan ini terjadi hingga Rahma berhasil menyelesaikan bangku sekolah menengah atas ( SMA) nya. Jarak waktu kurang lebih satu tahun , ketika Rahma menimba ilmu di perguruan tinggi, tanpa dia duga Allah SWT mempertemukan dia dengan jodohnya.
Pernikahan dinipun terjadi, meskipun suami berasal dari kota yang sama. Tapi yang jelas dari sini sudah menyita banyak waktu kebersamaan dengan keluargannya yaitu
Kedua orang tua dan adik-adiknya. Dan memang sudah sifat asli Rahma yang keras kepala. Dia tetap ingin mewujudkan keinginannya, yang sudah lama tertunda , dan yang sudah beberapa kali juga mendapat bantahan dari Bundanya.Meskipun biaya itu datang dari hasil keringat Rahma sendiri yaitu melanjutkkan kuliah. Alasan Bunda melarangpun selalu sama , banyak saudara – saudara Rahma yang sudah sampai pada jenjang S1 bahkan S2, tetapi belum juga mendapatkan pekerjaan yang cocok. Parahnya lagi malah banyak yang menggangur. Akan lebih baik apabila uangnya untuk modal membuka usaha saja.
Pemikiran Rahma berbeda, untuk itulah dia tetap pada keinginannya. Karena Dia yakin jalan kehidupan tiap manusia tidak selalu sama. Apalagi dalam keluarga kecilnya sudah hadir pangeran kecil yang juga harus difikirkan masa depannya. Dia dan sang suami sangat berharap, agar masa depan sang anak jauh lebih baik dari mereka sebagai orang tua. Memang meskipun sang suami sudah bekerja, tetapi dengan gaji yang ada hanya cukup untuk biaya makan sehari – hari dan uang saku juga jajan sang anak.
Meskipun ada kekhawatiran besar dari dalam hatinya tentang kondisi tubuhnya . Mengingat , sebelum pulang finish dari kontrak kerjanya yang kedua. Allah SWT memberikannya cobaan sakit. Berawal dari keluhan aneh yang dia rasakan saat datang bulan ( Menstruasi ) Tapi darah yang dikeluarkan banyak, disertai Muntaber ( Muntah dan Bab) yang bersamaan . Juga saat capek , ada semacam benjolan yang bergerak dari arah perut kanan bergerak ke arah perut bagian tengah. Selalu begitu. Awalnya Rahma hanya memeriksakan diri ke Dokter umum, dan menurut penjelasannya “ Pencernaan sedikit bermasalah .” Dan menyuruh Rahma sementara waktu mengkonsumsi makanan – makanan lunak, tidak lupa rutin minum obat yang diberikan oleh Dokter.
Setelah mengikuti anjuran Dokter selama tiga hari , syukur muntabernya sembuh. Tetapi keluhan – keluhan yang lain masih. Akhirnya Rahma pergi memeriksakan diri ke Dokter Kandungan, setelah menceritakan segala keluhan yang di alaminya, Dokter melakukan tindakan USG kepadanya dan di jelaskan hasilnya . bahwa Rahma terkena penyakit , di mana penyakit itu hanya menyerang wanita . yang terletak di bagian sekitar rahimnya
Dokter menganjurkan Rahma untuk segera melakukan operasi , dan tentu di tengah kondisinya yang syok atas kabar ini, apalagi tanpa ada suami atau keluarga lain di sisinya. Rahma menjelaskan “ Kalau dalam waktu dua minggu lagi akan pulang ke Indonesia.”
Dokter yang mendengar diam , karena lebih faham, waktu sesingkat itu jelas tidak cukup untuk persiapan, operasi juga masa istirahat Rahma.
Selain memberi semangat untuk bersabar dan menyuruh Rahma untuk berhati – hati dalam melakukan aktifitas , Dokter baik hati lulusan Universitas di jepang itu juga memberikan Rahma obat yang harus Rahma konsumsi tiap hari . “ supaya benjolan itu tidak pecah , dan segala keluhan yang lain bisa sedikit berkurang .” jelas Dokter.
Hari kepulangannya tiba , dan sesampainya di rumah. Keluarga yang memang sudah tahu kondisi tubuh Rahma yang sesungguhnya dari mulut Rahma sendiri. Tidak menunjukkan banyak raut wajah senang , tapi tanpa Rahma Tanya , dia tahu kalau itu cara mereka menghargai dirinya.
Melalui perbincangan telfon bersama suami, anak , kedua orang tua dan kedua adiknya. Rahma sempat mengutarakan kegembiraannya di kepulangannya kali ini . karena dapat merasakan kebersamaan indahnya idul fitri di tengah – tengah keluarga tercinta . Apalagi sudah lima kali idul fitri berada di Taiwan. Dan untuk mewujudkan hal itu , Rahma yang menurut Dokter di Indonesia juga di sarankan segera operasi menolaknnya. Dengan alasan ingin merayakan idul fitri terlebih dulu. Meskipun keluhan dari sakitnya , sering datang dan tidak jarang membuatnya meneteskan air mata. Meskipun dia rasa berat , tapi dia tetap berusaha kuat.
Karena masalah yang lain muncul , pagi hari, di idul fitri ke – 15 1436 H. Rahma Farani baru bisa masuk rumah sakit , syukurnya langsung mendapat keputusan dari Dokter bahwa Rahma akan di operasi sore harinya.
Operasi berjalan dengan lancar , meskipun di awal mau memulai di lakukannya operasi. Karena ketakutasn yang memenuhi hati Rahma atau terlalu gemetar tubuhnya . Sehingga jarum suntik yang berisi cairan bius , gagal masuk di suntikan pertama.
Merasa masih banyak tanggung jawab yang belum terselesaikan atas diri dan masa depan sang buah hati juga merasa termotivasi kalimat bijak “ Obat terbesar saat kita sakit adalah dari dalam kita sendiri , yaitu semangat dan sikap optimis kita untuk sembuh.” Sehingga di masa istirahat dua minggu setelah operasi, Rahma sudah bisa melakukan segala aktifitas , hanya saja dia menghindari angkat beban berat. Meskipun masih ada kewajiban dari Dokter untuk kontrol dan minum obat. Juga rasa nyeri dari jahitannya masih di rasakannya.
Di masa pemulihan , empat bulan setelah operasi . dan setelah mendapatkan kabar baik bahwa dirinya telah sembuh . karena penyakit yang di deritanya masih tergolong jinak . dan tentu doa dan restu dari orang tua yang akhirnya dia dapatkkan , tidak lupa semangat cinta dan doa dari sang suami juga sang anak . rahma memberanikan diri mendatangi kantor PT PJTKI , di mana PT PJTKI ini yang telah banyak membantu Rahma juga tempat Rahma memperoleh pendidikan dan pelatihan sebelum keberangkatannya bekeja ke Taiwan , di kontrak pertama dan keduanya.
Syukur rahma mendapatkan kesempatan untuk bertemu langsung dengan pimpinan atau Bos dari PT PJTKI ini . Namanya Miss Hong ( Nama samaran ) . Dia sebenarnya adalah warga Taiwan asli . karena kesuksesannyalah yang telah menghantarkan ribuan anak – anak muda Indonesia baik laki – laki dan perempuan, menuju jalan mengapai cita – cita dan masa depan yang lebih baik. Yang akhirnya nasib membawanya menetap dan berhasil mendirikan kantor di Indonesia.
“ lebih baik jujur , dari pada timbul masalah lain di belakang .” naluri Rahma berkata . dan akhirnya Rahma menjelaskan kepada Miss Hong ,tentang kondisi tubuhnya yang baru selesai melakukan operasi . Miss Hong yang mendengar penjelasan itu tersenyum dan bertanya “ Tetapi pekerjaan kamu di sana , tidak seperti halnya di rumah, tapi harus angkat gendong pasien, mampukah kamu ?”
Rahma yang mendengar pertanyaan itu kaget , karena kekhawatiran terbesar dalam dirinya juga ini. Meskipun Dokter sudah mengatakan kalau dia sembuh, tapi bagaimana dengan jahitannya , sudah pulih benarkah . karena tergerak dari cita - cita dan sikap motivasi positif dalam dirinya , dia menjawab “ Saya bisa, saya pasti bisa Miss.” Miss Hong yang mendengar itu , tidak langsung menerimanya. Tapi akhirnya memberikan jawaban juga.
“ Ya sudahlah, aku akan menolongmu, tapi lebih sehatkan dulu badanmu ya!” Rahma yang menerima jawaban itu mengucapkan “ Banyak rasa terima kasih.” Meskipun dalam hatinya masih ragu akan kemampuan dirinya , apalagi kalau mendapatkan job yang harus mengangkat gendong pasien.
Tidak lama setelah proses medikal dan pendaftaran . dia mendapatkan kabar bahwa” job untuknya sudah turun.” Dari lembar kertas job tertulis . job untuknya berada di daerah Taipei city , merawat a kong berumur 90 tahun, dengan sakit pikun , dengan beberapa isian pekerjaan perawat dan beberapa isian pekerjaan rumah tangga.
Merasa cocok dengan pekerjaan itu , apalagi Rahma tidak perlu angkat dan mengendongnya . Rahma menandatangani kontrak ini dan akhirnya berlanjut pada proses – proses lain, hingga dia di nyatakan siap dan positif berangkat.,
Sampailah dia di Taiwan , tidak lupa dia mengucap banyak syukur atas keselamatan dan kelancaran dalam perjalananya. Setelah selesai medikal, pembuatan ARC di kantor imigrasi dan berakhir di kantor agency . untuk tanda tangan kontrak kerja , penjelasan gaji , hak dan kewajiban – kewajiban lain. Selesai makan siang , Bos dari agency Rahma membantu Rahma mengaktifkan nomer ponsel lamanya yang telah mati , karena masa aktif habis , karena lamanya Rahma berada di Indonesia. Agency juga membantu Rahma membeli beberapa keperluan , yang sempat di rampas paksa saatb transit di bandara singapura.
“ agency yang baik.” Gumamnya dalam hati, sambil mengucap terima kasih kepada Bos agencynya.
Sore harinya , Rahma diantar ke rumah majikannya. Sesampainya di pintu rumah , sambil membukakan pintu . Majikan perempuannya menyambutnya dengan panggilan namanya “ Rahma , selamat datang di rumah kami.” Padahal yang Rahma tahu , orang Taiwan sulit mengucapkan huruf “ R “ Rahma membalas dengan senyum dan kata balasan “ Terima kasih “ di sertai kepala merendah ke depan, sebagai bentuk rasa hormat.
Dari hari kedatangan yang pertama dan hari pertama dia bekerja , Rahma sudah bisa merasakan . kalau majikan sekeluarga baik. Dan dari penjelasan mereka ( majikan perempuan dan laki – laki ) , a kong memang pikun tetapi segala aktifitas untuk dirinya masih mampu dia lakukan sendiri. Ada a ma juga yang usianya sama dengan Akong , hanya bertaut tiga bulan lebih muda dari A kong. Kondisinya juga pikun hanya lebih baik dari kondisi A kong yang tidak dapat mendengar ( tuli ).
Rahma juga di berikan kamar tidur sendiri , dan sejak di hari pertama kedatangan di rumah sini sudah mendapatkan izin juga untuk melaksanakan sholat lima waktu.
Memasuki hari kerja satu bulan, dua bulan Rahma semakin merasa bersyukur dan terharu atas segala bentuk sikap baik majikan juga kedua pasien lansia yang di jaganya. Apalagi dengan pekerjaan yang tidak berat , di tambah majikan juga memberikan izin juga semangat agar Rahma melanjutkan cita – citanya yaitu menuntut ilmu lagi.
Dalam doa , di usai sholat lima waktunya. Tidak lupa Rahma selalu mengucap syukur atas kesempatan hidup kedua yang Allah SWT telah berikan padanya, banyaknya orang – orang baik yang mencintai dirinya dengan caranya,
juga keadaan di pekerjaannya sekarang , yang Rahma merasa sebagai hadiah atas perjuangan di kontrak sebelumnya dari agency yang nakal , sulitnya mendapat hak libur sampai kepada hak yang tidak di penuhi dengan baik yaitu soal gaji dan makanan yang dia makan yang sering dia beli sendiri dari uang gaji yang di dapat. Juga pada pekerjaan di luar job .
“ Terima kasih Robbi .”
“ Alhamdulillaahi Robbilallamiin.” Rahma Farani menutup doanya. ,