AKU SEORANG PETANI DAN PENGEMBALA SAPI



2014-04-27 / Lukman nurochim  AKU SEORANG PETANI DAN PENGEMBALA SAPI  / Indonesia 印尼 / ATKI


                                           AKU SEORANG PETANI DAN PENGEMBALA SAPI

Aku adalah WNI (Warga Negara Indonesia) yang menjadi TKA (Tenaga Kerja Asing) di Negara Taiwan, atau dikenal dengan sebutan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan sekarang seiring kemajuan zaman biasa disebut BMI (Buruh Migran Indonesia).
Namaku Lukman umur 34 tahun, aku sudah menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki berumur 7 tahun, suatu hal yang menyebabkanku menjadi BMI di Taiwan ini sangat sederhana sekali, dan akan kutuliskan lewat gubahan lagu kesayanganku waktu muda dulu, dari lagunya Stinky yang berjudul Mungkinkah, para pembaca yang budiman bisa melihat video saya menyanyikan lagu tersebut dengan iringan gitar kesayanganku di dinding FB ku Galuk Julubus, adapun syair lagunya adalah sebagai berikut :
Tetes air mata basahi pipiku disaat ejen motong gajiku
Terucapkan kata kamu harus bayar potongan ejen tiap bulanya
Begitu beratnya kerja di Taiwan terlalu sangat mahal mahal biayanya, tapi apa daya
Di desaku sudah tak ada kerja sapiku murah karena sapi import
Mungkinkah desaku makmur kembali ku bisa pulang beternak sapi lagi
Telfonya istriku dan suara anakku menghibur di setiap hariku
Karenamu anakku ku akan bertahan sampai habis kontrak di Taiwan
Begitu beratnya kerja di Taiwan terlalu sangat mahal mahal biayanya, tapi apa daya
Di desaku sudah tak ada kerja sapiku murah karena sapi import
Mungkinkah negriku makmur kembali ku bisa pulang beternak sapi lagi
Pak Presiden tolong hentikan jangan teruskan mengimport sapi
Tolong hentikan jangan teruskan mengimport sapi supaya sapiku berharga lagi
Supaya sapiku berharga lagi…
Dari syair lagu gubahan itu jelas sekali apa alasanku menjadi BMI di Taiwan ini bukan ? yaa betul sekali,, aku adalah seorang petani dan pengembala sapi di desa, yang kehilangan pekerjaan dan harus mencari kerja di Negara lain.
Waktu di Indonesia dulu pekerjaanku adalah menggarap sawah pemberian orang tuaku dan juga memelihara beberapa ekor sapi, setiap hari di pagi hari aku bawa sapi-sapiku ke sungai untuk dimandikan, selanjutnya kubersihkan kandangnya terlebih dulu sebelum sapi-sapi kumasukkan ke kandangnya kembali, setelah matahari agak meninggi aku ambil cangkul dan sabit, kususuri jalan setapak yang becek dan berlumpur menuju ke area persawahan, selalu setiap kali aku melewati tikungan di bawah pohon manga itu aku pasti tersenyum teringat masa kecilku dulu, dimana aku terjatuh masuk ke selokan air saat memanggul padi di atas kepalaku, karena terlalu berat dan jalanya juga licin, tubuhku penuh lumpur hitam sedangkan sekarung padi yang aku bawa juga berlumuran lumpur, aku berdiri dan coba memanggulnya kembali tapi tak kuat dikarenakan air meresap masuk ke dalam karung menambah beban beratnya, akhirnya ayahku lah yang membawanya sampai ke rumah, kondisi jalan dan selokan itu kini masih sama seperti dulu, entah sampai kapan akan berubah. Siang hari baru aku pulang ke rumah untuk istirahat, setelah itu pergi ke hutan kecil di ujung desa untuk mencari rumput sebagai makanan sapi-sapiku, di musim penghujan sangat mudah untuk mencari rumput, tapi di musim kemarau sangat susah sekali mendapatkan rumput segar, sehingga mengharuskanku membeli pakan ternak untuk sapiku, terkadang kalau ada waktu masih juga aku sempatkan bermain bola di sore hari bersama teman-temanku, begitulah kegiatanku di setiap harinya.
Akhir-akhir ini harga pupuk melonjak tinggi, panen gagal dikarenakan hama dan kurangnya pupuk yang aku berikan, modal yang aku keluarkan untuk menanam tidak bisa kembali, sapi aku jual ternyata harganyapun juga murah karena terlalu kurus kurang makan, aku tidak mampu membeli pakan ternak buatan pabrik, ditambah lagi banyaknya sapi import yang masuk pasar tradisional dekat rumahku dan menyebabkan turunya harga sapi lokal, keadaanku benar-benar terpuruk saat itu.
Tetangga sebelah rumahku adalah seorang mantan buruh migran dari Taiwan, dia bekerja di Taiwan bersama istrinya, aku lihat kondisi ekonominya sangat baik, aku sempatkan bertanya pada mereka tentang bagaimana bisa bekerja di luar negeri, dari mereka aku tau bahwa biaya untuk dapat bekerja di Taiwan ternyata sangat mahal. Berhari-hari aku berfikir keras haruskah aku mencoba untuk bekerja ke Taiwan atau tetap bertahan di saat-saat yang serba susah ini. Akhirnya setelah berunding dengan keluarga kuputuskan untuk mencoba bekerja ke Taiwan, semua sapiku aku jual untuk biaya berangkat ke Taiwan, karena masih kurang aku putuskan untuk ikut potongan bank dengan cara membayar separo dan kekuranganya dipotongkan dari gajiku sesampainya diTaiwan setiap bulanya, setelah mendaftar di PJTKI dan membayar sejumlah uang akhirnya berangkatlah aku ke Taiwan. Bulan juli nanti aku genap tiga tahun di Taiwan ini, meskipun terasa berat dalam hal biaya pemberangkatan tapi Alhamdulillah aku bisa menghabiskan kontrak demi istri dan anakku dan juga masa depanku, sekarang aku sudah bisa sedikit keluar dari himpitan ekonomi yang selama ini aku alami, soal biaya penempatan yang terlalu mahal itu masih aku coba perjuangkan menurunkanya bersama teman-teman aktifis lainya, dan semoga berhasil. Terima kasih Taiwan,, telah membantuku memberikan pekerjaan selama ini, semoga keinginanku kembali bekerja di majikanku yang sekarang ini tanpa melalui ejen dan PJTKI berhasil sukses. amin
Tempat kerjaku berada di daerah Tucheng yang termasuk dalam wilayah New Taipei city, menurutku bukan di perkotaan dan juga bukan di pedesaan tapi ditengah-tengahnya, kondisi alamnya bagus, pemandanganya juga indah, dekat dengan pasar tradisional dan juga pasar swalayan, ada juga beberapa toko yang menjual berbagai macam barang dan makanan khas Indonesia, alat transportasi juga mudah, ada taxi, ada bus, juga ada kereta bawah tanah. Ada sungai besar di samping tempat kerjaku yang memisahkan Tucheng dan Shulin, dan posisinya dekat tempat tinggalku, di samping sungai sepanjang aliran air terdapat jalan yang dibuat khusus untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda, dibangun juga taman bermain dan beberapa lapangan olah raga, ada lapangan sepak bola di situ, yang menjadi tempat bermain bola bagi teman-teman sesama Indonesia di sekitar tempat kerjaku, tempat untuk melepas lelah di sore hari sehabis bekerja, juga tempat melepas kerinduan pada salah satu cabang olah raga yang paling digemari di Indonesia, terasa seperti di negara sendiri jadinya.
Menurutku Taiwan adalah sebuah Negara yang sangat maju dalam pembangunan dan tehnologinya, banyak dibangun jalan layang, jembatan dan terowongan, alat transportasinya juga sangat baik, selain bus, ada monorail, ada kereta bawah tanah,bahkan ada kereta cepat secepat pesawat terbang, sehingga kemacetan lalu lintas hampir tidak ada di Negara ini. Pembangunanya juga merata sampai ke pelosok desa, di desa semua jalan sudah di aspal, sungai dan parit dibuat dengan cor dan semen, jalan menuju areal persawahan pun tidak luput dari pembangunan, sehingga memudahkan bagi kaum tani untuk menanam padi dan membawa pulang hasil panennya. Sungguh sangat luar biasa bagiku, semoga Indonesia kelak bisa seperti Taiwan ini.
Uthlubul ilma walau bissin carilah ilmu walaupun jauhnya sampai ke negeri Cina, itu adalah hal yang disampaikan ustadz/guru padaku sewaktu aku masih belajar di madrasah tsanawiyah dulu. Rupanya hal itulah yang aku alami sekarang ini, selain bekerja menyukupi kebutuhan keluarga di Indonesia, aku juga belajar banyak hal dari warga Taiwan. Ada dua hal yang menurutku menjadi pelajaran yang sangat berharga buatku.
Pertama, aku bekerja di sebuah perusahaan yang menyediakan alat-alat kebutuhan rumah sakit, seperti tempat tidur, meja dan kursi untuk pasien, ada juga kursi roda untuk orang cacat atau untuk para orang tua. Aku bekerja di bagian bengkel, merakit dan mengelas itu pekerjaan keseharianku, mengelas itu adalah suatu pekerjaan yang baru bagiku, yang biasanya waktu di Indonesia tiap hari pekerjaanku di sawah mencangkul juga tanam padi, kalau di rumah pekerjaanku mengurus sapi, mencari rumput untuk makan sapi, memandikan sapi, dan menbersihkan kandang sapi, tapi di Taiwan ini aku harus melakukan pekerjaan yang baru, yang belum pernah aku kerjakan sebelumnya. Sewaktu masih baru bekerja sering aku dimarahi majikan dan teman kerjaku, yang terkadang membuatku marah juga dan ingin melawan, tapi Alhamdulillah hal itu tidak sampai terjadi. Dan sekarang aku baru tau bahwa hal itu bukanlah marah yang tanpa sebab, tapi karena semata-mata ingin mendidik kedisiplinan dan kesungguhanku dalam bekerja.Dan hasilnya luar biasa, saat ini aku merasakan hikmah kebaikan dari hal itu, sekarang aku bisa mengelas besi, pipa, bahkan plat tipis di bawah 1 mm, dengan baik, bagus dan sambunganya juga kuat. Suatu ilmu pengetahuan yang besar dan sangat bermanfaat bagiku. Terima kasih banyak majikanku, dan semoga Beliau dapat kesempatan membaca tulisanku ini.
Teman-teman kerjaku warga Taiwan juga tidak luput dari perhatianku, bagiku mereka adalah orang-orang yang baik, rajin bekerja dan pandai menghemat uang, di pagi hari selalu aku lihat mereka hanya sarapan dengan sepotong roti dan minum susu kedelai. Yaa.. susu kedelai, itu satu pelajaran buatku, menurut mereka susu kedelai sangat bagus untuk kesehatan tubuh manusia. Kenapa aku tidak berfikir itu dari dulu ya ?? Di desaku kedelai yang merupakan bahan pokok untuk pembuatan susu kedelai melimpah ruah, di setiap tahun aku menanam dan memanen kedelai yang biasanya langsung aku jual dan hanya aku sisakan sedikit sebagai benih untuk ditanam tahun depanya lagi, andaikan aku sisakan dan aku buat susu kedelai sebagai minuman konsumsi keluargaku tentunya sangat bagus sekali.
Nah karena hal di atas, maka setelah habis kontrak nanti dan kembali ke Indonesia aku mempunyai rencana akan membuat kandang sapi dari besi dan semen supaya kuat, agar sapiku tidak mudah lepas dari kandangnya, aku akan rakit dan mengelasnya sendiri, juga untuk pagar rumah dan ladang akan kubuat dari besi yang kuat supaya tanamanku tidak dimakan dan dirusak ternak sapiku. Dan selanjutnya hasil panen kedelaiku tidak akan kujual semuanya, tapi akan aku sisakan untuk membuat susu kedelai yang akan kusajikan untuk istri dan anakku setiap harinya.
Kedua, aku aktif di salah satu organisasi buruh migran yaitu ATKI Taiwan, yang mempunyai misi melakukan pendidikan untuk membangkitkan kesadaran berorganisasi bagi buruh migran, dan mempunyai visi memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan buruh migran di Taiwan khususnya dan seluruh dunia pada umumnya. Sebagai seorang aktifis tentunya aku banyak bergaul dengan sesama aktifis dari negara lain, seperti Filipina, Malaysia, dan juga aktifis Taiwan, bersama mereka aku banyak sekali mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, suka dan duka kami lalui bersama-sama. Mereka banyak membantu saya dan teman-teman dalam berorganisasi, membantu pengaduan teman yang sedang bermasalah baik dengan majikan dan ejensi, membantu memberikan tempat gedung gratis untuk setiap kegiatan kami, membantu dalam hal pendidikan seperti kursus computer, kursus Bahasa Inggris juga kursus mandarin secara gratis, aku sangat senang menghabiskan hari liburku bersama mereka. Dengan mengikuti setiap kegiatan dan kursus setiap minggunya menjadikanku berubah, yang dulunya aku hanya cuma tau ke sawah menanam padi dan merawat sapi, tapi sekarang sedikit aku bisa bahasa mandarin, bahasa inggris, dan tentunya computer sehingga aku bisa membuat tulisan cerita ini. Sungguh perubahan yang sangat luar biasa bagiku, terima kasih kawan-kawanku semua !
Saat ini di Taiwan sedang terjadi demonstasi besar oleh mahasiswa dan warga yang menolak hubungan dagang dengan negara China di bidang jasa penghidmatan, demo itu berlangsung berhari-hari, ada ratusan ribu mahasiswa bersama warga melakukan aksi tersebut, aksi berjalan damai dan tertib tanpa ada kekacauan dan pengrusakan , meskipun sempat diwarnai baku hantam antara polisi dan demonstran yang berusaha menduduki gedung legislatif.
Dalam demokrasi tentunya ada yang pro demonstran dan ada yang kontra, hal itu juga terjadi di Taiwan ini, pernah pada suatu hari di hari minggu terjadi aksi bersama-sama antara kedua kubu yaitu yang pro dan yang kontra, yang satu memakai kostum warna hitam dan yang satunya memakai kostum warna putih, aku melihat sendiri jarak antara mereka melakukan aksi sangat dekat sekali, tapi yang menakjubkan saat itu tidak terjadi bentrok atau perkelahian, tidak ada saling serang dan saling lempar, keadaan benar-benar aman dan terkendali, mereka hanya saling meneriakkan yel yel dan membentangkan spanduk sesuai aspirasi masing-masing, SUBHANALLOH.. demokrasi yang damai itu terlihat indah.
Aku sempatkan juga bergabung membaur bersama mereka, lagi-lagi aku mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, dalam melakukan aksi mereka sangat tertib dan disiplin, patuh pada arahan para pengurus masing-masing, berjalan di jalur yang telah disediakan yang ditandai dengan ikatan tali rafia, duduk atau berdiri memegang spanduk dan poster, meneriakkan yel yel, bermain hp dan laptop juga di tempat yang telah disediakan, tanpa membuat kekacauan dan seenaknya sendiri. Aku lihat para pengurusnya juga bertugas dengan baik, memberikan arahan pada para demonstran, menunjukkan jalan, menjaga ketertiban, dan menyediakan kebutuhan para demonstran. Ada toilet gratis yang jumlahnya sangat banyak sehingga mudah cari tempat untuk buang air, disediakan cas hp dan laptop berbagai merk juga gratis, ada layanan wifi gratis, ada dokter dan perawat yang siap sedia, alas tempat duduk, selimut, dan makanan dibagikan gratis. Ada di sediakan genset untuk sumber listrik , panggung dan sound system untuk orasi dan berpidato para pimpinan demonstran, ada televisi ukuran besar di setiap tempat yang menayangkan keadaan sekitar secara langsung, memudahkan untuk melihat persekitaraan tanpa harus berjalan kesana kemari.
Tidak kalah pentingnya adalah petugas sampah, mereka selalu berkeliling mengambil dan mengumpulkan sampah. memisahkan sampah-sampah sesuai dengan jenisnya masing-masing, sampah yang bisa di daur ulang seperti kertas dan botol plastik di tempatkan sendiri, sisa-sisa makanan juga ditempatkan sendiri, dan truk pengangkut sampah selalu mengambilnya tiap hari, kebersihan benar-benar terjaga, menjadikan tempat persekitaraan berlangsungnya demonstrasi tetap terlihat bersih dan rapi meskipun ada ratusan ribu orang berkumpul.
Di Indonesia saat ini sedang berlangsung PEMILU yaitu sebuah pesta demokrasi memilih partai dan pemimpin untuk negara, siapapun yang akan menjadi pemimpinnya nanti aku cuma berharap semoga bisa merubah Indonesia menjadi lebih baik seperti Taiwan ini, membangun Indonesia lebih maju, dan pembangunannya pun juga harus merata sampai ke pelosok desa, sehingga apa yang digambarkan dengan sebutan “Indonesia adalah tanah surga” bisa menjadi kenyataan. Sepulangnya ke Indonesia nanti aku akan tetap menjadi aktifis bejuang bersama kawan-kawan setanah air memperjuangkan hak-hak kaum buruh untuk kehidupan yang lebih baik, akan aku tanamkan dan mulai dari diri pribadi mencontoh teman-teman aktifis Taiwan dalam menyuarakan aspirasinya, mengutamakan kedamaian meskipun beda pendapat dan bukan kekerasan, semoga juga diikuti oleh teman-teman yang lainya, sehingga terciptalah Indonesia yang aman, damai, tentram, dan nyaman. Amin


Taipei, 27 april 2014
Ditulis oleh LUKMAN