BERADAPTASI DI FORMOSA

2014-04-17 / Umi Sugiharti  / BERADAPTASI DI FORMOSA / Bahasa Indonesia /  Tidak ada


BERADAPTASI DI FORMOSA

Acungkan jempol pada BMI/TKI. Karena sekali melangkah mereka membawa tekad kuat untuk hidupnya. Bekerja salah satu dari sekian banyak jalan beribadah.

Hidup ini sebuah perjalanan yang kita tidak
akan pernah tahu kapan berhenti. Semua rahasia Tuhan semata. Warna-warni cobaan kebahagiaan juga kesedihan, silih berganti kita nikmati. Begitu pula sepak terjang para TKA atau tenaga kerja asing, selama di Formosa ini.

Sudah menjadi rahasia umum bila beradaptasi dengan tempat kerja baru dan berlatar belakang kebudayaan yang jauh berbeda, akan terasa sedikit berat. Dan sering memicu masalah antara majikan dan pekerja baru, antara lain
- Cara kerja
- Bahasa
- Sosial budaya

Mari kita coba tengok letak permasalahan ini satu persatu.

1. Cara kerja

Untuk sektor informal(rumah tangga dan care taker) seringkali kita temui majikan yang tidak puas dengan kualitas pekerja barunya.

"Kenapa bisa begini? Katanya ada pelatihan kerja sebelum datang ke Taiwan?" Sudah pasti inilah yang tersirat di benak para majikan. Karena mereka berpikir akan menemukan sebuah kerjasama yang baik, menganggap secara otomatis TKI tahu pekerjaan apa yang bakal ditangani.

BMI khususnya dan TKA pada umumnya, diharapkan mengerti dan jauhkan bayangan buaian mama atau kekasih. Karena siapapun di sini berjuang untuk diri sendiri. No free for lunch.

Intinya profesionalisme sangat penting. Tidaklah salah mereka menuntut demikian, karena ketiadaan waktu untuk merawat/ mengawasi sendiri anak-anak maupun orangtuanya. Sehingga harus mendatangkan seorang pekerja asing.

Sebagai negara ketiga TERSIBUK di dunia setelah Jepang dan korea, maka bisa kita temukan orang-orang Taiwan yang workeraholick. Artinya suka bekerja dan pandai menggunakan waktu. Tentunya mengharapkan pekerja yang bisa mengikuti cara kerja mereka, yang berprinsip TIME IS MONEY.

Banyak kita temui TKA baru yang tidak tahu cara menggunakan suatu alat. Ini bisa saja terjadi karena:

a) Peralatan yang dulu dipelajari di PJTKI, jauh berbeda bentuknya dan pengoperasiannya. Mengapa? Tentu akibat banyaknya merk dan bahasa yang tertera pada petunjuk pemakaian yang berbeda. Seperti kita lihat di Taiwan sendiri, jarang kita temui memakai bahasa inggris tetapi bertuliskan mandarin. Misalnya pada mesin cuci, setrika listrik, rice cooker, vacuum cleaner dan lain sebagainya.

Maka bisa dimaklumi jika banyak TKI baru jadi canggung atau bingung untuk menggunakannya. Bila demikian tentu majikan dimohon untuk sabar mengajarinya. Bila perlu menyuruh pekerjanya mencatat agar tidak lupa. Solusi yang lebih kreatif lagi, bila menempel kertas kecil yang bertuliskan bahasa asal pekerja. Di jamin lancar kerja selanjutnya.

Apabila TKI sektor internal khususnya, mendapat kesempatan di ajak ke Mall, gunakanlah untuk mengenal barang-barang rumah tangga elektronik terkini. Bahasa kerennya UP TO DATE. Maka bila suatu saat majikan membelinya, kita sudah tahu cara mengoperasikannya.

b) Banyak di alami calon TKI, tidak secara khusus belajar sesuai job yang di terima, sehingga sedikit bingung saat menghadapi pasien. Bisa kita ambil contoh demikian, kebanyakan ilmu yang di dapat adalah memapah dan cara menggunakan kursi roda dan memandikan pasien saja. Padahal sebenarnya banyak pasien selain lumpuh juga perlu sedot dahak dan makanpun memakai selang. Tentunya dua hal terakhir tersebut sangat penting untuk lebih banyak di praktekkan. Ini jadi PR bagi PJTKI.

Maka alangkah baiknya bila saat tanda tangan kontrak, majikan mencantumkan keadaan calon pasien secara spesifik. Juga bagi TKI hendaknya lebih kreatif bertanya pada kawan yang pernah mendapat job yang sama. Sehingga bisa menggunakan waktu sampai turunnya vissa, dengan semaksimal mungkin untuk mempelajarinya secara benar.

Alangkah efektif bila saja PJTKI menyediakan sistem belajar dengan visualisasi cara menjaga pasien, juga peralatan yang harus dikenali. Sehingga lebih mudah di cerna oleh CTKI yang mendapat job tersebut.

Demikian pula bagi calon ABK(anak buah kapal) harus dibekali ilmu dengan sarana visualisasi, tentang peralatan dan cara menjaga keselamatan kerja. Karena banyak dari mereka yang bukan berlatar belakang nelayan.

2) Bahasa
Sistem belajar yang diutamakan di setiap PJTKI adalah menghapal kata-kata mandarin yang memakai huruf ABCD saja. Sementara intonasi sering di abaikan, juga buta tulisan china, akibatnya saat berinteraksi dengan majikan menjadi sedikit rancu. Hal tersebut memicu kesalah pahaman bahwa banyak TKI baru dianggap tidak bisa berbahasa mandarin dengan baik. Contohnya kata gula dan kuah/sup, dalam pelatihan di Indonesia bertuliskan 'DANG'. Ternyata intonasilah yang membedakan arti kedua kata tersebut. Bukankah demikian?

Dari sini kita tahu betapa pentingnya mempelajari intonasi. Sebagaimana kita tahu pemerintah Taiwan sendiri memahami permasalahan ini. Salah satunya dengan pengadaan kelas bahasa mandarin gratis. Namun sayangnya tidak semua TKI bisa mengikuti karena ketiadaan hari libur. Juga ketiadaan semangat dari TKI yang berkesempatan libur, untuk mendalami bahasa mandarin.

Solusi bagi TKI yang tidak bisa keluar rumah adalah membeli buku 'BELAJAR BAHASA MANDARIN' yang telah dilengkapi CD cara pengucapannya. Kini telah tersebar di EEC, Toko Indonesia, Toko Philipina, dan lainnya.

Berbagai majalah berbahasa Indonesia juga tidak ketinggalan. Menyediakan halaman khusus belajar mandarin bahkan lengkap dengan cara penulisannya. Hanya saja, ternyata tidak semua TKI mau membeli majalah.

Langkah Depnaker selanjutnya adalah mengadakan lomba pidato/bercerita dengan bahasa Mandarin dan Ta Yu, khusus TKA. Hasilnya, patut di acungi jempol. Karena sanggup membuat para TKA lebih serius mempelajari kedua bahasa tersebut.

Bahasa sebagai alat komunikasi untuk mengekspresikan apa yang kita pikirkan, dan mempererat hubungan antar manusia.

Ada juga langkah bijaksana yang di ambil sebagian warga Taiwan, yaitu memilih menggunakan bahasa inggris, sebagai solusi. Seperti halnya Tuan Chi, yang berdomisili di Zhong Shan, Taipei City.
"Bagi saya yang penting kami bisa berkomunikasi dengan lancar, sama-sama senang. Tentu hubungan kami akan lebih harmonis," aku Mr. Chi.

3)Sosial Budaya.

Berbicara masalah budaya, di setiap negara dapat kita temukan keunikan tersendiri. Membahas tentang budaya tidak hanya melulu tentang tarian atau nyanyian. Karena kebiasaan hidup juga termasuk dalam budaya.

Cara orang Taiwan mempertahankan budaya leluhur bisa kita lihat dengan jelas di sini:

A) Mayoritas masyarakat Taiwan beragama Budha, sehingga hampir tiap rumah mempunyai meja khusus sembahyangan.
Ada sebagian yang tidak mengijinkan pekerja untuk membersihkannya. Ini langkah cerdas. Mengapa? Dengan demikian akan terhindar dari kecerobohan yang tidak di inginkan.

Contohnya, sering terjadi kesalahan menempatkan kembali barang atau gelas-gelas kecil seperti semula, setelah mengelap meja.

B) Sumpit dan mangkuk
TKA semestinya tahu cara menggunakan sumpit. Dalam arti tidak hanya cara pakainya saja, tetapi cara meletakkannya. Memang tampak sepele, namun tetap harus di perhatikan. Bahkan menjadi lambang penghormatan kepada majikan atau tamu yang akan menikmati perjamuan makan.

*Sumpit diletakkan sejajar di atas mangkuk, dengan kemiringan 30°, ujung berada di posisi paling jauh dari pengguna.

*Ada juga yang diletakkan di samping atau di depan mangkuk.

*Banyak TKA kurang tahu bahwa menancapkan satu sumpit di tengah nasi dalam mangkuk adalah larangan. Karena itu cara persembahan bagi leluhur yang telah meninggal.

C) Pakaian
Taiwan yang memiliki empat musim, sangat berpengaruh pada mode. Mengasikkan sekali.

Walau tampak bebas, sebenarnya Taiwan juga memegang teguh kesopanan, loh. Juga pemilihan warna. Bagi TKI seyogyannya memilih warna cerah dan menghindari terlalu dominan berpakaian hitam. Kenapa? Aura kesuraman yang akan memancar.

Merah, sebuah simbol keceriaan dan putih sangat disukai sebagai simbol bersihnya hati.

D) Kuliner
Bicara kuliner atau masakan tidak akan pernah membosankan. Termasuk kuliner unik yang dimiliki Taiwan. Misalnya:
- Jou to fu (Tahu bau) sangat unik atau bisa disebut ajaib. Rasanya sangat nikmat walau baunya menyengat. Datang ke Taiwan tanpa mencoba makanan ini, sungguh rugi.
- Cen cu nai cha, semua yang pernah ke Taiwan, mustahil tidak mengenalnya. Minuman berbahan teh di campur susu segar dan tak lupa cen cu berbentuk bulatan-bulatan kenyal berwarna hitam, menjadi favorit.

Bahkan sekarang sudah ada pelatihan membuat cencu nai cha ini di KDEI(Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia. Maka tak heran bila sudah ada mantan BMI yang memiliki cafe dengan menu minuman ini menjadi andalan.

Walau memang kebanyakan restaurant di sini menggunakan minyak babi untuk mengolah makanan, namun sekarang alhamdulillah sudah ada Kantin halal, dan restouran vegetarian, juga toko-toko Indonesia yang bisa TKI temui, betebaran di seluruh penjuru Taiwan.

E) Kebersihan
Di Taiwan kita melihat sederet tempat sampah yang masing-masing mempunyai fungsi berbeda dan biasanya sudah ditempel gambar sehingga setiap orang tahu dimana seharusnya membuang sampah sesuai jenisnya.
Yaitu:
1.Sampah daur ulang
- tas plastik
- botol plastik
- botol kaca
- kertas
2. Sampah kering
- tisyu kotor
- pampers

3. Sampah basah / organik.
- bahan makanan mentah-->untuk pupuk dan konsumsi ternak, seperti sapi, kambing, dll.
- sisa makanan matang-->untuk konsumsi ternak, misalnya babi)

Membuang sampah bukan masalah sepele lagi, karena juga ada undang-undang yang mengatur. Bahkan denda bagi yang melanggar dendanya tidak sedikit. Lebih dari 5000 NT.

Sungguh patut kita tiru saat kita, BMI, saat pulang ke tanah air nanti.

Beberapa poin yang seyogyanya BMI perhatikan.

- Menjaga kerjasama dan komunikasi yang baik dengan majikan.
- Meningkatkan profesionalisme kerja baik kekuatan tenaga maupun intelektual.
- Jangan hanya mengandalkan pengalaman, karena tempat baru belum tentu sama cara kerjanya.
- Kejujuran mengankat citra bangsa
- Kenali dan hormati budaya tanah rantau, maka mereka juga akan berlaku sebaliknya. Namun sebisa mungkin kita juga mengenalkan budaya luhur negeri kita.
- Berorganisasi positif dapat menghambat terperosoknya BMI dalam pergaulan. Menjadikan pribadi yang bertanggung jawab dan berjiwa pemberani.
- Menjaga keselamatan kerja dengan mematuhi peraturan yang ada. Terutama sektor formal, kenakan alat pengaman yang di anjurkan sesuai tempat anda bekerja.
- Pulang kampung dengan membawa skill/pengalaman dan kesuksesan.

BMI mari prestasikan diri!
Salam SBSM(Semangat Belajar Sampai Mati)

Taipei, 16 April 2014