Nikmati Kopinya Bukan Cangkirnya
Oleh
Keyzia Chan
Sudahkah Anda minum kopi pagi ini? Bicara tentang kopi, pasti tidak jauh dari cangkir sebagai wadah penyajiannya, bukan? Bagaimanapun betuk cangkirnya itu tidaklah penting, yang pasti nikmati saja kopi yang ada di dalamnya. Di dunia ini banyak sekali jenis profesi pekerjaan. Dari semua profesi itu tujuannya 99% sama. Yakni; mencari uang. Jangan sekali-kali memandang rendah profesi yang digeluti oleh orang lain, karena belum tentu kita bisa mengerjakannya. Yang perlu diutamakan dari suatu pekerjaan itu ialah halal, serta tidak merugikan orang lain, itu saja.
Mencari kerja sesuai dengan bidang yang kita kuasai tentu tidaklah mudah, kawan! Ya, sudah tidak usah diambil pusing. Belajarlah mencintai apa yang sedang digeluti. Ingat, dari pekerjaan tersebut penghasilan yang di peroleh bukan untuk diri sendiri, bukan? Tentu saja Anda harus bertanggung jawab dengan orang-orang yang menggantungkan diri pada Anda (khususnya untuk mereka yang didaulat sebagai tulang punggung keluarga). Jadi, apakah Anda masih berani egois? Memilih dan menunggu pekerjaan yang pas dan layak untuk Anda?
Apapun profesimu, dedikasikan diri Anda sepenuhnya supaya hasilnya maksimal, karena segala sesuatu jika dikerjakan dengan setengah hati, maka ujung-ujungnya Anda sendiri yang rugi lantaran hasilnya kurang maksimal. Jadi sekali lagi, nikmati kopinya bukan cangkirnya
Satu jenis pekerjaan yang menjadi penyumbang devisa terbesar bagi Negara adalah, penata pelaksana rumah tangga atau yang biasa disebut PRT. Tetapi, entah mengapa jenis profesi ini sering dipandang sebelah mata? Mungkin ini adalah bagian dari suka dan duka menjadi PRT. Saya sendiri merupakan salah satu dari sekian banyak warga Indonesia yang memilih pekerjaan ini, paling tidak untuk jangka waktu tertentu. Dan Taiwan adalah Negara tujuan saya.
Republic Of China atau yang biasa disebut Formosa berasal dari bahasa Portugis yang artinya cantik. Julukan ini tepat sekali untuk Negara asal F4. Tata ruang kota yang begitu indah, serta fasilitas umum yang memenuhi syarat, merupakan salah satu gambaran kemakuran Negara ini. Sehingga warga Negara Indonesia, berbondong-bondong mengadu nasip datang ke sini. Dan kedatangan mereka kemari bukan hanya untuk menjadi buruh pabrik, atau menjadi pelaksana peñata rumah tangga. Melainkan, dengan cara menjadi pengantin asing, atau menjadi pekerja di sektor perkantoran. Namun, sayang sekali buruh migran yang berbondong-bondong datang kemari, banyak yang tidak mendapat perlakuan dengan baik. Khususnya kami sebagai PRT. Tidak semua ejensi itu buruk. Tetapi, tak sedikit ejensi yang justeru membela majikan, terlepas majikan itu benar atau salah. Banyak PRT yang kehilangan haknya seperti, larangan menggunakan hp, larangan beribadah, serta hak libur satu bulan sekali. Itu bukan hal besar. Akan tetapi, perkara penempatan job yang tak sesuai kontrak kerja, bukankah itu harus ditindak lanjuti?
Suka dan duka tak pernah lepas menghiasi hari-hari karena itu merupakan bagian dari hidup. Apapun jenis pekerjaan pastilah memiliki resiko sendiri-sendiri. Nah, masing-masing pastilah mempunyai cara untuk menyisati apa yang terjadi di dirinya.Saya sendiri misalnya, waktu itu nekat memutuskan untuk berlibur ke Taichung, yang nota bene jauh dari tempat tinggal, di Taipe. Dan selama hampir satu tahun lebih di Taiwan, itu kali pertama saya memutuskan untuk mencoba melihat dunia luar, sebab tujuan utama saya datang ke Taiwan hanya untuk bekerja. Maka saya membatasi diri dengan hal itu. Saya tidak ingin, ikan-ikan hasil tangkapan saya selama ini, kembali terlepas di lautan luas. Jadi, sebisa mungkin saya akan menjaganya dengan baik. Ya, uang hasil jerih payah itu tidak akan saya pergunakan untuk berfoya-foya di sini.
Wooow! Kata ini belum cukup untuk mengungkapkan rasa heran, kaget, atau mungkin saja saya yang masih asing dengan kehidupan di luar sana saat libur tiba. Laki-laki dan perempuan, mulai dari remaja sampai yang berpangkat nenek-nenek berkumpul di sana, di rumah makan yang biasa disebut Toko Indo. Sebagian besar dari mereka terlihat berdandan ala nona-nona (kecuali yang laki laki lo). Seolah mereka lupa akan setatus sosial yang mereka bawa dari rumah sampai mengantarkan mereka ke sana. Rambut warna warni, mengenakan rok mini, sepatu hak tinggi, dapat dijumpai hampir di setiap sudut rumah makan yang menyediakan masakan Indonesia. Cowok-cewek berhamburan menyatu, karaokean, sambil makan-makan. Bahkan tak jarang ada yang sedang mabuk-mabukan. Seolah, mereka seperti lupa niat awalnya datang ke Formosa. Lupa dengan keluarga yang setia menanti mereka, dan penghasilnnya itu tentunya.
Taiwan yang sering di sebut dengan negeri Formosa menyuguhkan kenikmatan bagi jiwa-jiwa yang terlena akan gemerlapnya dunia. Ada yang bilang, “Di sini tak ada yang namanya dosa atau hukum karma.”
Benarkah? Entahlah?
Mencari uang atau mencari senang?
Satu kalimat Tanya yang terus berkecamuk di benak saya. Mencari senang setelah satu bulan disibukkan dengan segudang aktivitas mencari uang, itu sih, syah-syah saja. Ya, Taiwan bukan saja tempat kami mencari uang, tapi juga tempat mencari senang.
Tetapi, setidaknya kita jangan sampai ikut-ikutan seperti mereka yang menghabiskan waktu liburnya hanya untuk berhura-hura. Berpenampilan ala nona-nona yang justeru merusak--meninggalkan ciri khas wanita indonesia yang terkenal santun, dan berbusana sopan.
Mencari uang tentu saja harus di selangi dengan mencari senang, mencari hiburan untuk me-refresh diri sendiri dari penatnya aktivitas sehari-hari. Tapi, akan jauh lebih baik jika waktu libur diisi dengan kegiatan lain yang lebih positif, kreatif, serta mendidik. Sehingga ketika balik ke kampung halaman nanti, bukan hanya membawa diri melainkan uang hasil keringat selama ini, serta ilmu yang dikembangkan untuk menjalani, melanjutkan hidup di dunia nyata bersama keluarga tercinta.
By the way, ini hanya sisi kecil gambaran kehidupan para TKI di Taiwan. Tidak semua TKI demikian, karena tidak semua TKI khususnya di bagian tenaga informal mendapat kesempatan cuti kerja walaupun satu bulan sekali. Jadi, jangan memandang negatif semua pekerja di Formosa. Seperti yang kita ketahui bahwa di dunia ini semua hal mempunyai sisi yang berbeda antara manusia satu dengan yang lainnya tak pernah sama. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya lihat. Tanpa bermaksud mengadili apa yang orang lain perbuat. Sekali lagi, nikmati kopinya, jangan memandang cangkirnya.
Selesai.
Oleh
Keyzia Chan
Sudahkah Anda minum kopi pagi ini? Bicara tentang kopi, pasti tidak jauh dari cangkir sebagai wadah penyajiannya, bukan? Bagaimanapun betuk cangkirnya itu tidaklah penting, yang pasti nikmati saja kopi yang ada di dalamnya. Di dunia ini banyak sekali jenis profesi pekerjaan. Dari semua profesi itu tujuannya 99% sama. Yakni; mencari uang. Jangan sekali-kali memandang rendah profesi yang digeluti oleh orang lain, karena belum tentu kita bisa mengerjakannya. Yang perlu diutamakan dari suatu pekerjaan itu ialah halal, serta tidak merugikan orang lain, itu saja.
Mencari kerja sesuai dengan bidang yang kita kuasai tentu tidaklah mudah, kawan! Ya, sudah tidak usah diambil pusing. Belajarlah mencintai apa yang sedang digeluti. Ingat, dari pekerjaan tersebut penghasilan yang di peroleh bukan untuk diri sendiri, bukan? Tentu saja Anda harus bertanggung jawab dengan orang-orang yang menggantungkan diri pada Anda (khususnya untuk mereka yang didaulat sebagai tulang punggung keluarga). Jadi, apakah Anda masih berani egois? Memilih dan menunggu pekerjaan yang pas dan layak untuk Anda?
Apapun profesimu, dedikasikan diri Anda sepenuhnya supaya hasilnya maksimal, karena segala sesuatu jika dikerjakan dengan setengah hati, maka ujung-ujungnya Anda sendiri yang rugi lantaran hasilnya kurang maksimal. Jadi sekali lagi, nikmati kopinya bukan cangkirnya
Satu jenis pekerjaan yang menjadi penyumbang devisa terbesar bagi Negara adalah, penata pelaksana rumah tangga atau yang biasa disebut PRT. Tetapi, entah mengapa jenis profesi ini sering dipandang sebelah mata? Mungkin ini adalah bagian dari suka dan duka menjadi PRT. Saya sendiri merupakan salah satu dari sekian banyak warga Indonesia yang memilih pekerjaan ini, paling tidak untuk jangka waktu tertentu. Dan Taiwan adalah Negara tujuan saya.
Republic Of China atau yang biasa disebut Formosa berasal dari bahasa Portugis yang artinya cantik. Julukan ini tepat sekali untuk Negara asal F4. Tata ruang kota yang begitu indah, serta fasilitas umum yang memenuhi syarat, merupakan salah satu gambaran kemakuran Negara ini. Sehingga warga Negara Indonesia, berbondong-bondong mengadu nasip datang ke sini. Dan kedatangan mereka kemari bukan hanya untuk menjadi buruh pabrik, atau menjadi pelaksana peñata rumah tangga. Melainkan, dengan cara menjadi pengantin asing, atau menjadi pekerja di sektor perkantoran. Namun, sayang sekali buruh migran yang berbondong-bondong datang kemari, banyak yang tidak mendapat perlakuan dengan baik. Khususnya kami sebagai PRT. Tidak semua ejensi itu buruk. Tetapi, tak sedikit ejensi yang justeru membela majikan, terlepas majikan itu benar atau salah. Banyak PRT yang kehilangan haknya seperti, larangan menggunakan hp, larangan beribadah, serta hak libur satu bulan sekali. Itu bukan hal besar. Akan tetapi, perkara penempatan job yang tak sesuai kontrak kerja, bukankah itu harus ditindak lanjuti?
Suka dan duka tak pernah lepas menghiasi hari-hari karena itu merupakan bagian dari hidup. Apapun jenis pekerjaan pastilah memiliki resiko sendiri-sendiri. Nah, masing-masing pastilah mempunyai cara untuk menyisati apa yang terjadi di dirinya.Saya sendiri misalnya, waktu itu nekat memutuskan untuk berlibur ke Taichung, yang nota bene jauh dari tempat tinggal, di Taipe. Dan selama hampir satu tahun lebih di Taiwan, itu kali pertama saya memutuskan untuk mencoba melihat dunia luar, sebab tujuan utama saya datang ke Taiwan hanya untuk bekerja. Maka saya membatasi diri dengan hal itu. Saya tidak ingin, ikan-ikan hasil tangkapan saya selama ini, kembali terlepas di lautan luas. Jadi, sebisa mungkin saya akan menjaganya dengan baik. Ya, uang hasil jerih payah itu tidak akan saya pergunakan untuk berfoya-foya di sini.
Wooow! Kata ini belum cukup untuk mengungkapkan rasa heran, kaget, atau mungkin saja saya yang masih asing dengan kehidupan di luar sana saat libur tiba. Laki-laki dan perempuan, mulai dari remaja sampai yang berpangkat nenek-nenek berkumpul di sana, di rumah makan yang biasa disebut Toko Indo. Sebagian besar dari mereka terlihat berdandan ala nona-nona (kecuali yang laki laki lo). Seolah mereka lupa akan setatus sosial yang mereka bawa dari rumah sampai mengantarkan mereka ke sana. Rambut warna warni, mengenakan rok mini, sepatu hak tinggi, dapat dijumpai hampir di setiap sudut rumah makan yang menyediakan masakan Indonesia. Cowok-cewek berhamburan menyatu, karaokean, sambil makan-makan. Bahkan tak jarang ada yang sedang mabuk-mabukan. Seolah, mereka seperti lupa niat awalnya datang ke Formosa. Lupa dengan keluarga yang setia menanti mereka, dan penghasilnnya itu tentunya.
Taiwan yang sering di sebut dengan negeri Formosa menyuguhkan kenikmatan bagi jiwa-jiwa yang terlena akan gemerlapnya dunia. Ada yang bilang, “Di sini tak ada yang namanya dosa atau hukum karma.”
Benarkah? Entahlah?
Mencari uang atau mencari senang?
Satu kalimat Tanya yang terus berkecamuk di benak saya. Mencari senang setelah satu bulan disibukkan dengan segudang aktivitas mencari uang, itu sih, syah-syah saja. Ya, Taiwan bukan saja tempat kami mencari uang, tapi juga tempat mencari senang.
Tetapi, setidaknya kita jangan sampai ikut-ikutan seperti mereka yang menghabiskan waktu liburnya hanya untuk berhura-hura. Berpenampilan ala nona-nona yang justeru merusak--meninggalkan ciri khas wanita indonesia yang terkenal santun, dan berbusana sopan.
Mencari uang tentu saja harus di selangi dengan mencari senang, mencari hiburan untuk me-refresh diri sendiri dari penatnya aktivitas sehari-hari. Tapi, akan jauh lebih baik jika waktu libur diisi dengan kegiatan lain yang lebih positif, kreatif, serta mendidik. Sehingga ketika balik ke kampung halaman nanti, bukan hanya membawa diri melainkan uang hasil keringat selama ini, serta ilmu yang dikembangkan untuk menjalani, melanjutkan hidup di dunia nyata bersama keluarga tercinta.
By the way, ini hanya sisi kecil gambaran kehidupan para TKI di Taiwan. Tidak semua TKI demikian, karena tidak semua TKI khususnya di bagian tenaga informal mendapat kesempatan cuti kerja walaupun satu bulan sekali. Jadi, jangan memandang negatif semua pekerja di Formosa. Seperti yang kita ketahui bahwa di dunia ini semua hal mempunyai sisi yang berbeda antara manusia satu dengan yang lainnya tak pernah sama. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya lihat. Tanpa bermaksud mengadili apa yang orang lain perbuat. Sekali lagi, nikmati kopinya, jangan memandang cangkirnya.
Selesai.