Ibuku pahlawanku



2014-04-21 / lingling ana Ibuku pahlawanku / Bahasa Indonesia / Tidak ada


Ibuku pahlawanku
Masa kecil penuh cerita ,bahagia dimana orang tuaku selalu disampingku ,walaupun sedari kecil aku hidup ditengah keluarga sederhana ,namun aku merasa kan kebahagiaan sempurna .Kakek nenek dari Ibu maupun Ayah mereka menyayangiku melebihi cucu yang lain .
Jarak rumah Nenek dengan orang tua ku cukup jauh ,karena itulah aku sering menginap di tempat Nenek psampai beberapa hari bahkan sebulan ,di sana Nenek sering mengajak ku pergi ke sawah dan kebon,sawah yang membentang hijau terasa sangat asri dipinggir sawah ditanami pohon kelapa ,disisi lain ada sebidang kebun cengkeh .

Musim panen cengkeh telah tiba,kami berdua tiap hari pergi ke sana dengan membawa bekal satu kotak nasi ,lauk tempe ,sambal terasi serta sebotol kopi .
Di bawah rindangnya pohon cengkeh ,kami masing _masing membaw a sebuah plastik yang kusut sambil memungut bunga -bunga cengkeh yang berjatuhan,Nenek melarangku memetik dari pohon ,karena harga jualnya lebih mahal.Setelah beberapa hari akudapat mengumpulkan cukup banyak,sekitar dua kg,Nenek membantuku menjualnya kepasar,mendapatkan uang rp 8.000,00 senang tiada terkira ,aku bilang ke Nenek kalau uang itu untuk membeli baju ,karena aku hanya mempunyai tiga setel baju yang telah kusut.

Malam itu ,badanku terasa menggigil ,tidak bisa tidur serta tidak mau makan ,Nenek panik melihat keadaanku seperti itu, hari ini dia tidak jadi pergi ke kebun lagi karena harus merawatku,seperti malam malam bisa nya dia tidur disampingku sambil mengusap ngusap kepalaku sampai aku lelap dalam mimpi ,mengapa mereka sangat menyayangiku??? kata Ibu ,sedari kecil aku sering sakit membuat mereka selalu panik ,terutama Ibu ,sampai -sampai badan Ibu kurus tidak terawat ditambah adik lelakiku juga sering sakit ,Ibu semakin strees .Ayah ku tidak mempunyai penghasilan tetap ,menambah keadaan kami tidak menentu ,jangankan untuk membeli sebuah mainan ,atau pergi tamasya,untuk makan sehari -hari kami hanya memakan singkong dan daunya yang di rebus.
Rumah kami saat itu terbuat dari bambu yang di anyam atau gedek istilah bahasa jawa nya ,atapnya genteng yang telah rapuh itupun bekas dari tetangga ,kalau musim hujan kebocoran apalagi kalau malam hari kami tidak bisa tidur karena basah ,di sudut rumah Ibu menaruh beberapa ember untuk menampung air hujan dan air itu untuk memasak ,untuk minum juga untuk mandi.

Ketika musim kemarau tiba ,Ibu sering kerumah Nenek (Ibunya)untuk mengambil singkong kering ,sayur mayur ,rebung dan beberapa kg beras.
Sering kulihat Ibuku menangis sendirian di dapur,ketika itu di daerah tempat tinggal saya sering diadakan permainan judi ,mereka datang untuk taruhan ,taruhanya uang .Ayah salahm satu dari mereka ,menjual seekor kambing untuk taruhan,Ibu melarang nya untuk bermain judi,bukan tanggapan positive yang diterima tapi plakk sebuah tamparan mendarat ditubuhnya ,alat alat dapur seperti piring gelas juga menjadi sasaran ,hancur.Aku dan adik yang saat itu masih berumur 5tahun hanya bisa bersembunyi dan mengintip dari kamar sambil ikut menangis,kekerasan Ayah terhadap Ibu bukan hanya sekali bahkan hingga kami menginjak dewasa.

Seperti halnya anak -anak yang lain ,saya dan adik di daftarkan masuk sekolah tk,tetapi perasaan saya hanya takut dan lebih suka menyendiri tidak mau berteman dengan yang lain ,saya merasa iri dengan teman sekelas,mereka diantar jemput oleh orang tua mereka dan dibelikan jajanan ,betapa bahagianya kumemandangi sambil melangkahkan kaki menuju rumah.
Waktu di sekolah tenggorokan ini sering merasa haus ,tetapi harus menunggu sampai pulang sekolah ,karena tidak mempunyai uang saku untuk membeli jajanan yang seharga rp25,00 .Aku tidak pernah berani meminta sesuatu ke Ibu apalagi uang ,Ibu tidak punya dan pasti akan sedih .Bersama teman sebaya ,kami pergi kehutan mencari kayu bakar,Ibu bekerja sebagai buruh tani di desa sebelah ,Ibu disuruh mencabut pohon -pohon singkong yang luasnya hampir satu hektar ,selain itu harus membawa ke tempat penjual dengan menggendongnya yang jarak tempuhnya satu km ,tempatnya di pegunungan sehingga tidak memungkinkan kendaraan bisa masuk.
Terlihat wajah Ibu sangat letih ,kerutan di dahi nampak begitu jelas ,aku tidak tega melihat nya ,demi sesuap nasi untuk kami Ibu rela memeras tenaga dan keringat di bawah terik matahari .


Ibu...kini kami telah dewasa ,aku ingin membuatmu tersenyum dan bahagia ,saya telah bekerja Ibu ...kumohon doa restu mu untuk ku dan adik .
Ibu...tersenyumlah kami anak -anak mu mencintaimu ,jangan menangis lagi ,usap lah air matamu Ibu.
Ibu ..engkaulah pahlawanku .

cerita ini adalah kisah nyata masa kecilku .
by lingling ana