The Black Magic 'SANTET'

2014-04-21 / Kusma Willrockyou / Indonesia 印尼 / Tidak Ada

                                             The Black Magic ’SANTET’

‘’ Hingar bingar terdengar gaduh riuh di dalam sebuah PJTKI atau biasa disebut dengan penampungan TKW. Banyak polisi, pengacara, dan warga setempat berdatangan ke lokasi untuk menyaksikan langsung peristiwa tragis yang terjadi di dalam penampungan tersebut. Dikabarkan salah seorang calon TKW berinisial ‘S’ meninggal dunia, ditemukan dalam kamar mandi dengan keadaan mengenaskan. Semua penghuni PJTKI termasuk para calon TKW di periksa oleh aparat kepolisian tanpa terkecuali, insiden tersebut telah menggemparkan masyarakat sekitar’’. Begitulah wacana dalam sebuah Koran maupun TV, memberitakan peristiwa yang terjadi dalam penampungan TKW tempat ku berada.
Sepekan berlalu, namun suasana dalam penampungan masih berkabung. Kami pun masih mengadakan acara yasin dan tahlil untuk mendo’akan arwah almarhumah. Peristiwa kematian teman ku yang berinisial ‘S’ masih menyisakan berbagai tanda tanya. Pihak kepolisisan masih terus melakukan penyelidikan terkait penyebab kematian teman ku. Aku sendiri masih belum percaya tentang kematian salah satu teman ku, kami biasa bergerombol kesana-kemari bersama bahkan masih sangat jelas dalam ingatanku sebelum peristiwa naas yang terjadi pada ‘S’, aku bersama dia membersihkan ruangan kantor karena kami merupakan satu kelompok piket yang biasa di jadwalkan rutin tiap minggunya. Aku mengenal ‘S’ dengan baik, anak nya cantik dan murah senyum, tapi ya.. rada dikit angkuh juga sich. Hanya tak habis fikir, mengapa ajal nya begitu tragis.
‘’ Briefing..briefing.. Semua harap berkumpul di lapangan, pak Jhon mau ngasih briefing’’. Begitulah suara melengking mbak Atun, berteriak memanggil seluruh penghuni penampungan yang sudah pasti bisa di dengar tanpa terkecuali. Sejak peristiwa naas itu, setiap hari diadakan briefing oleh si Boss PJTKI. Kami biasa memanggil pak Jhon dengan pak Boss, dia sangat menyesalkan kejadian tersebut dan terus menelisik kepada setiap gerak-gerik penghuni penampungan. Untuk sementara, pihak PJTKI tidak di perbolehkan untuk menerima calon TKW baru, dan penerbangan pun mengalami penundaan selama tiga bulan ke depan, sehubungan dengan kepentingan penyelidikan.
Ibu asrama meminta kami untuk tetap melakukan aktifitas seperti biasa. Di pagi hari setelah senam pagi dan piket halaman kami di haruskan masuk kelas untuk belajar Bahasa negara tujuan. ‘ Dewi.. Dewi…’, aku menoleh mencari-cari siapa yang memanggilku.
‘’ Oh..Tina, ada apa ? pagi-pagi kok teriak-teriak kaya kembaran mbak Atun aja’’.
‘ Eh.. Dewi, kamu itu kejam ninggalin aku di kamar mandi sendirian, kamu ini gak tau apa kalau aku tuh jadi merinding, biasanya kan ada ‘S’ yang juga mandi bareng kita terus itu si Mala juga ga tau kok malah pada jalan sendiri pada ninggalin aku.. huuuft’.
‘’ Mungkin Mala udah di kelas kalee, dia kan rajin nulis..nulis.. semua ditulisin’’. Ya udah yuk kita samperin.
Tepat pukul 8 pagi, kelas di mulai. Seperti biasa Lau She yang mengajar, menyuruh murid nya menghafal Bahasa mandarin, yang menurutku sangat sulit di tirukan oleh lidah-lidah orang Indonesia. Aku ini termasuk murid yang kurang pandai alias rada lelet jalan otaknya, begitu juga dengan temanku Tina dan Mala. Sewaktu ‘S’ masih ada, dialah yang paling encer otaknya di antara kami. ‘S’ sering di puji sama Lau She, karena kepintaranya. Dia juga tempat aku dan temanku bertanya bila kami tak paham-paham maksud Bahasa tersebut. Aku melihat raut wajah Lau She dan menangkap sesuatu yang seperti merasa sangat kehilangan ‘S’. Terkadang beliau salah menyebut nama ‘S’ bila tanpa sadar menyuruh diantara kami untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
Bergantinya minggu ke minggu membuat para penghuni penampungan kembali seperti keadaan semula. Kejadian yang menimpa ‘S’ yang membuat imajinasi para TKW akan arwah gentayangan, muncul menghantui, dan sebagainya lambat laun telah mulai bisa di hapus, termasuk pada diriku sendiri. Aku dan teman-teman sudah bercanda ria apalagi saat hari minggu tiba semuanya libur dan kami di perbolehkan memakai handphone satu hari penuh untuk berkomunikasi dengan keluarga dan sekedar melepas kepenatan dalam penampungan termasuk ketatnya peraturan yang seakan merenggut kebebasan.
Aku merasa ada yang aneh, biasanya setiap hari aku selalu mendengar suara teriakan mbk Atun, tapi sudah beberapa hari kok adem ayem aza. Dan setelah aku sadar, rupanya aku ketinggalan gossip, kudengar mbak Atun sakit, ya.. semoga saja lekas sembuh bathin ku saat itu. Dan yang lebih parah lagi, gossip tentang si Ani, anak yang sudah sejak lama berada di penampungan namun belum mendapat majikan, dia terpelesat saat turun dari lantai dua, katanya kakinya jadi pincang. Ada juga Miss Leya, katanya setiap malam dia sakit perut seperti sesuatu menusuk-nusuk perutnya. Huuuugghhh.. rasanya semakin memprihatinkan, aku hanya bisa berdo’a semoga selalu dalam perlindunganNya.
Kurang lebih tiga bulan sesudah peristiwa ‘S’ berlalu, dan siapa pelakunya masih belum di temukan. Tetapi, pemberangkatan TKW sudah mulai di proses kembali. Aku yang mendapat panggilan medical check up, pertanda mendapatkan majikan, begitu pula dengan temanku Tina dan Mala. Kami sangat bahagia dan seakan membuat kami untuk bersiap diri memulai perjuangan di negeri rantau. Proses demi proses kami jalani, namun di antara kami bertiga pemberangkatku lah yang di perlambat dikarenakan harus menunggu pembantu sebelumnya menyelesaikan masa kontraknya.
Waktu itu, aku sakit demam dan aku di perbolehkan istirahat oleh ibu asrama di dalam kamar mes, sedangkan Tina dan Mala harus mengikuti proses Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP). Saat itu, aku merasa bosan sendirian dalam mes, lalu aku berfikir untuk menulis sebuah pesan humor dalam buku ke dua temanku. Fikir ku, kelak kedua sahabatku saat membaca tulisan ku tersebut maka akan tertawa terbahak-bahak, dan mengenang semua kenangan indah bersama di penampungan. Lalu, aku pun mencari buku kedua temanku tersebut dan menuju ranjang Mala, tetapi hal mengejutkan setelah aku membuka lembar buku yang merupakan buku diary nya dan langsung membelalakan mata serta membuat denyut jantung dan adrenalin ku berpacu kencang.
15 Februari,
Santi, aku benci kamu.. benci kamu… Mengapa ?? apa kamu merasa cantik dan pintar, terus berlaga angkuh. Kamu mencari perhatian semua orang, mentang-mentang anak kesayangan Lau She, lalu kamu seenaknya membentak aku…padahal, Lau She menyuruhmu mengajari aku. Santi, aku muak lihat tingkah mu… keganjenan sama lelaki, sok genit. Andai saja kamu tau, kau sering buat sakit hati ku, apa-apa kau minta yang lebih baik, emang kau anggap kamu siapa.. Asal kamu tau, aku sudah minta Dukun buat SANTET kamu !..
30 Maret,
Uuuughh… dasar Atun… udah tua, suaranya kaya petir. Sok berwenang di penampungan udah kaya ibu asrama aza kerjanya. Mondar-mandir, sok ngatur-ngatur, sambil bentak-bentak. Tunggu aza pembalasanku..
5 April,
Apa sich hebatnya jadi orang kantoran,, dasar Leya, mending kamu tuh cantik, cantik juga nggak. Marah-marah terus…bahasa tak bisa lah,, bego lah,, ini lah,, itu lah,,. ngatain orang seenak udel nya.Apa pengen kamu tak buat seperti Santi..biar mampus !
7 April,
Ani… mentang-mentang kamu tuh udah lama di penampungan, sok ngatur-ngatur, sok jadi penguasa, sok ngajarin ini itu, sok ngatur-ngatur, maunya menang sendiri, kaya penguasa. Rasain..!! aku suruh Dukun nyelakain kamu, Rasain.. !! biar kamu tuh pincang selamanya.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan menutup segera buku diary Mala. Tubuh ku jadi gemetaran, fikiranku melayang, membayangkan sesuatu yang menyeramkan, dan pertanyaan yang berkecamuk dalam benak ku. Aku kembali ke ranjang ku dan ku panggil teman yang kebetulan lewat untuk menemaniku, bahkan aku tak berani memejamkan mata. Fikiranku terus mengelayap kemana-mana, mengingat-ingat kejadian bersama Mala, pernah kah aku membuat hati Mala tak senang atau berbuat sesuatu yang menyakit kan hatinya, andai saja aku melakukan, maka nasibku bisa jadi seperti mereka-mereka.
Semakin hari, aku menjadi semakin pendiam. Aku berusaha menjaga sikap di depan Mala, apa yang aku ucap dan perbuat semakin berhati-hati, apa yang aku ketahui aku jadikan rahasia untuk diriku sendiri, tapi tidak lupa aku mengingatkan pada teman-teman lain supaya menjaga perilaku mereka selama di penampungan, agar tidak terjadi hal-hal buruk berikut nya. Karena, kabar terakhir yang terdengar dari mbak Atun, dia terpaksa harus izin pulang untuk berobat di daerahnya dan kabarnya dia terkena santet, terdapat beberapa jenis hewan, jarum, rambut dalam tubuh nya yang konon merupakan media santet, dan sampai sekarang pun dia masih belum kembali lagi ke penampungan.
Sementara aku masih harus menunggu, temanku Tina dan Mala sudah sampai pada jadwal pemberangkata nya, dan kami pun harus berpisah. Setelah penerbangan mereka, gossip adanya santet dalam penampungan bukan lagi menjadi rahasia umum melainkan mulai santer di bicarakan. Walaupun tidak ingin su’udzon, tapi kemungkinan dalam hati para TKW saling melontarkan tuduhan. Dan aku masih tetap diam dengan apa yang ku ketahui.
Dalam waktu kurang dari dua minggu, Tina memberi kabar padaku, dia menuliskan pesan singkat lewat SMS. Katanya, dia mendapat majikan yang baik. Alhamdulillah aku pun ikut senang mendengarnya. Dan selang satu minggu kemudian giliranku tiba, setelah serangkaian proses selesai, akhirnya aku pun berangkat menyusul mereka.
Alhamdullilah,, syukur ku ucapkan kepada Rab-ku, telah mendengar do’a yang kupanjatkan, aku mendapat majikan yang baik dan murah hati. Letih kerja tak lagi terasa oleh ku, karena kasih sayang mereka yang menganggap aku layaknya bagian dari keluarga nya, kasih itu telah menggantikan rasa rinduku terhadap keluarga di Indonesia, hingga tidak terasa 2 tahun sudah aku bekerja untuk mereka.
Entah mengapa, seketika saja aku teringat akan kejadian 2 tahun silam. Peristiwa di dalam penampungan, yang membuat aku kembali berfikir ngeri dan ‘’ tut…tut..tut.. ‘’ dering Hp mengagetkanku. Aku buka inbox dan ternyata SMS dari Tina,
‘ Assalamualaikum, apakah ini no Dewi ?
Kubalas ‘‘ iya betul, siapa yea ?
‘ aku Tina. Gimana kabar mu Dew ?
‘’ Alhamdulillah kabar baik, gimana sama kamu ?’’
‘ Alhamdulilah baik juga, oh yea Dew, kamu sudah tau belum. Temen kita si Mala sudah meninggal. Tiga bulan yang lalu, ada insiden TKW jatuh dari lantai 10.Tubuhnya hancur hingga susah untuk di kenali, tapi usut punya usut dia bernama Kumalasari, si Mala temen kita.Penyebabnya hingga sekarang belum di ketahui secara pasti.’
‘’ Inalilahi wa inailaihi raj’un……’’
Kabar Mala yang kudengar dari Tina membuat aku mengingat tajam akan tulisan diary nya. Mala adalah pelaku yang menggunakan ilmu santet untuk mencelakai beberapa teman TKW, sekarang dia pun meninggal dengan cara yang mengenaskan. Itu mungkin balasan atas segala yang diperbuatnya, dengan cara apa saja untuk mencapai maksudnya. Mala, andai saja kamu tidak menanam keburukan, pasti bukan kenistaan pula yang kau tuai.