KENANGAN YANG TAK TERLUPAKAN



2014-05-23 / Sushan Allizza / KENANGAN YANG TAK TERLUPAKAN / Indonesia 印尼 / tidak ada


     Tepat nya 05 januari 2010,pertama kali nya aku menapakkan kaki di negri. ormosa,baru saja keluar dari awak pesawat,udara dingin nya berhembus kencang menyambut ku,“kini aku tlah berada di titik awal lembaran hudup ku yang baru,Taiwan bantulah aku,agar aku mampu menggapai harapan ku di atas tanah indah mu ini”.
Selama kurang lebih 30 menit perjalanan,agency memarkirkan mobil nya di depan sebuah rumah tua,dari jauh kulihat seorang wanita setengah baya berdiri di depan pintu dengan senyum nya yang indah,“selamat datang”,kalimat pertama yang keluar dari bibir manis nya,seakan menenangkan hati ku yang sedang gelisah dan takut kalau majikan yang agensi pilihkan untuk ku berhati jahat.“Nia,ini nenek,kamu harus menjaga nya dengan baik,nenek masih bisa melakukan apa saja,jadi bisa sedikit meringankan pekerjaan mu,jangan lupa memberi makan dan minum obat yang teratur,satu hal yang harus kamu perhatikan,nenek punya gangguan di bagian saraf otak nya,jadi dia kadang melakukan sesuatu yang aneh-aneh,nenek juga sering kabur dari rumah,jadi kamu harus benar-benar memperhatikan nya dengan baik,tapi kamu jangan takut,nenek tidak jahat,dia juga tidak melakukan hal yang membahayakan”.Dari semua penjelasan agensi,sedikit membuat aku bimbang,membuat hati ku bertanya-tanya,“apakah aku bisa?,apakah aku mampu?”,tapi di balik keraguan ini,masih terselip sebutir semangat,sehingga membuat ku seakan tegar,“aku pasti mampu menjalankan pekerjaan ku dengan baik,aku tak ingin menyerah sebelum mencoba dan berusaha semaksimal mungkin”.Agen juga memperkenalkan anggota keluarga nenek yang hadir,nenek mempunyai banyak anak dan cucu,sebagian tinggal di taoyuan dekat tempat tinggal nenek,sebagian lagi ada yang tinggal di taichung,tainan dan ada juga yang tinggal di pingtung.Nenek tinggal bersama anak laki-laki nya yang paling kecil,aku memanggil nya “paman kecil”,“bibi besar” dan “bibi kecil”,tinggal tidak jauh dari rumah nenek.Setelah perkenalan dan penjelasan apa saja yang menjadi tugas ku,agensi berpamitan,paman pergi bekerja,ke dua bibi kembali kerumah masing-masing untuk menjalankan aktivitas mereka.Kini tinggal aku dan nenek di rumah.
Semakin ku perhatikan tingkah laku nenek,semakin aneh-aneh saja,suatu hal yang membuat ku bingung,nenek tidak suka di awasi dan di perhatikan oleh ku,dia akan memarahiku,dia juga akan mogok makan dan minum obat,jika aku melarang nya melakukan sesuatu yang di larang paman dan bibi,sehingga membuat ku semakin takut,jika aku membiarkan nenek melakukan nya,aku takut paman dan bibi marah,tapi jika aku melarang,nenek yang akan marah.“Bagaimana?,aku harus bagaimana?”,pertanyaan itu memenuhi batin ku dan membuat air mata ku mengalir tanpa henti hampir di setiap waktu.
Hari terus berganti,di suatu hari bibi besar mengatakan kalau nenek akan di rawat di rumah sakit,tempat nya di 衛生福利部桃園療養院.Mata ini seakan tak percaya dengan apa yang di lihat nya,ada yang menjerit-jerit,ada yang marah ingin merusak barang-barang di sekitar nya dan ada yang mau memukuli orang -orang di sekeliling nya.Di lain tempat ada yang melamun dengan pandangan kosong,ada juga yang berjalan mondar-mandir tanpa arah tujuan dan masih banyak ragam lain nya.“Ya allah,mengapa mereka seperti itu?”,rasa takut dalam hati ku semakin menggebu-gebu,tapi,,,,,,,rasa itu seakan terbang,melayang ketika ku lihat tak sedikit teman seperjuangan yang berada di ruangan tempat nenek di rawat,kebanyakan dari mereka berasal dari datah air ku,aku banyak belajar dari mereka,bagaimana menjaga pasien berpenyakit jiwa,sabar dan ikhlas,sabar dan ikhlas lah kunci utama nya,dari mereka juga aku baru mengerti kalau aku terlalu bodoh,aku menganggap orang lain lebih beruntung dari ku,sehingga aku sering mengeluh dengan pekerjaan ku,tapi pemikiran ku itu semua salah,ternyata tak sedikit diantara mereka yang tak seberuntung diriku,dari merekalah aku jadi lebih banyak bersyukur dan lebih bersemangat lagi dalam menjalankan tugas ku.
Bibi besar bilang nenek sudah boleh pulang,padahal setau ku dokter masih belum mengijinkan nenek pulang,tapi berhubung beberapa hari lagi tahun baru imlek,jadi dokter pun terpaksa mengijinkan nenek pulang.Setibanya di rumah,bibi mengatakan kalau kami akan berlibur ke daerah selatan taiwan,jadi aku harus mempersiapkan kebutuhan selama liburan.Hari yang di janjikan pun tiba,kami dengan bahagia berangkat menuju tampat tujuan,“Pingtung” itulah nama kota yang akan kami tuju.Dari dalam jendela mobil,ku pandangi betapa luas nya di luar sana,tak sedikit gedung-gedung pencakar langit yang berdiri kekar dengan indah nya.
Waktu pun berlalu,tibalah kami di tempat yang di tuju,sebuah villa di daerah Pingtung,beberapa anggota keluarga sudah berkumpul di sana,kedatangan kami di sambut baik oleh mereka,lalu kami bersama-sama mengunjungi tempat wisata di daerah situ,ku lihat betapa bahagia nya nenek dimanjakan anak dan cucu nya,malam yang sangat spesial pun tiba,yaitu malam berbagi amplop merah,tak ku sangka aku pun mendapatkan nya,ku lihat isi dalam amplop itu,di dalam nya ada lembaran berwarna biru,ada juga yang berwarna merah,karena tak kuasa menahan rasa senang,sehingga aku tak sadar kalau aku sedang senyum-senyum di depan kaca,sambil loncat-loncatan seperti anak kecil yang kegirangan di kasih uang jajan.
Tiga hari begitu cepat berlalu,kini kami harus kembali ke taoyuan,sesampai nya di taoyuan,aku berjanji pada diri ku sendiri,aku harus menjaga nenek dengan baik,aku tidak ingin mengecewakan paman dan bibi yang begitu baik kepada ku,karena hanya itulah yang bisa aku lakukan sebagai tanda terimakasih ku kepada mereka.
Kini hari-hari ku hanya bersama nenek,aku mulai terbiasa dengan tingkah laku nya,ku biarkan nenek melakukan pekerjaan yang dia suka,selagi tidak membahayakan,apapun itu aku biarkan dia melakukan nya.Nenek paling suka membersihkan halaman rumah,menanam bunga dan sayur,terkadang sayuran yang baru saja di tanam nya di cabut kembali,lalu di buang begitu saja ke tempat sampah,nenek suka mengangkat jemuran yang baru saja ku jemur,nenek juga suka mengambil pakaian paman lalu memakai nya.Karena nenek tidak suka di awasi,aku berusaha mencari cara agar nenek tidak merasa kalau aku sedang mengawasinya,terkadang aku kesal dengan tingkah laku nenek,tapi aku selalu berusaha sabar,aku mengerti itu semua karena pengaruh dari penyakit nya.
Pagi itu tak seperti biasanya,nenek belum juga bangun dari tidur nya,padahal sudah hampir siang,ku beranikan diri untuk membangunkan nya,ternyata nenek sudah bangun,tapi.........pandangan nya kosong,nenek tak bisa berbicara apapun,dia juga tidak bisa membangunkan tubuh nya,“ya allah apa yang terjadi dengan nenek”.Aku langsung berlari menuju rumah bibi kecil untuk meminta bantuan,tapi.......bibi tidak di rumah,dia sudah berangkat kerja,alhamdulillah anak laki-laki bibi di rumah“adik,tolong kasih tau bibi,penyakit nenek kambuh lagi”.Dengan penuh gelisah ku titipkan pesan pendek pada anak bibi,lalu aku segera kembali melihat keadaan nenek,“apa yang harus aku lakukan,ya allah bantulah aku” tak henti-hentinya ku panjankan do’a kepada yang KUASA .Tak lama kemudian bibi datang,melihat keadaan nenek yang semakin parah,nenek langsung di larikan ke rumah sakit terdekat 台北榮總桃園分院,hari ini begitu sangat tiba-tiba,tak ku sangka sebelum nya kalau nenek bisa seperti sekarang ini.Tekanan darah nya tinggi,suhu tubuh nya juga tinggi sampai 38.5°c,berbagai obat di masukkan kedalam tubuh nya,bukan nya membuat nenek membaik,tapi malah membuat nenek semakin tidak bisa di kendalikan,semua anggota badan nya bergerak-gerak tanpa henti.Jarum suntik yang berisi obat bius pun tak mampu menaklukkan tubuh nenek,sehingga dokter menyarankan untuk mengikat ke dua tangan dan kaki nenek.Nenek menjerit-jerit meminta tolong,ager kami melepas ikatan yang mengikat anggota badan nya,tapi apa boleh buat,kami tidak bisa menuruti permintaan nenek,“nenek aku mengerti,engkau pasti kesakitan,maafkan aku yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk mu”,air mata ku tanpa terasa membasahi pipi,“ya allah,berikan kesrmbuhan untuk nenek”,hanya do’a yang bisa ku panjatkan untuk nya,aku tidak bisa berbuat apa-apa selain do’a.Dokter mengatakan kalau nenek terserang penyakit jantung dan harus segera di tangani,pada hari itu juga nenekharus masuk ruang ICU,kami yang tak mengerti harus bagaimana,hanya bisa menuruti apa yang dokter sarankan.
Beberapa hari kemudian nenek keluar dari ruang ICU,nenek di pindahkan ke ruangan pasien biasa,kini aku harus menemani nenek di rumah sakit sampai nenek sembuh dan di perbolehkan pulang ke rumah.Tak ku duga sebelum nya,sore itu,tiba-tiba keluar banyak darah dari anus nenek,darah nya mengalir tanpa henti,langsung ku tekan tombol amergensi dan keluar menjerit-jerit memanggil dokter dan suster.Dokter dan suster berbondong-bondong masuk ruangan dan langdung memeriksa nenek,tak bisa ku bayangkan betapa sakit nya ketika jarum suntik menusuk-nusuk tubuh nenek yang pucat pasi tak berdaya.Salah satu suster menyuruh ku untuk memberi kabar kepada paman dan bibi tentang keadaan nenek,dengan tubuh yang masih bergemetar kencang,ku telphon mereka untuk segera datang,setelah mendapat persetujuan dari bibi,nenek langsung di larikan ke ruang ICU kembali,sungguh tak bisa ku bayangkan bisa jadi seperti ini,sedih,hanya sedih yang kami rasakan waktu itu.Beberapa hari kemudian nenek keluar dari ruang ICU dan kembali di pindahkan ke ruangan pasien biasa.
Sudah satu bulan lebih nenek di rawat,tapi tak kunjung sembuh dari penyakit nya,atas saran dan persetujuan dokter,nenek di pindahkan ke rumah sakit lalin,林口長庚紀念醫院 selama di rawat di rumah sakit ini,penyakit nenek dari hari ke hari semakin membaik.Karena nenek sering batuk-batuk jika makan apalagi jika minum,dokter menyarankan untuk memasang selang makan ke dalam lambung nenek,demi kebaikan nenek,meski berat hati,paman dan bibi msnyetujui saran dokter.Sakit,mual, itu yang pasti nenek rasakan,saat selang makan yang sedikit demi sedikit di masukkan kedalam lambung melalui hidung nya.Nenek selalu berusaha mencabut selang itu,karena sangat berbahaya,dokter menyarankan untuk mengikat ke dua tangan nenek,kami tak bisa menolak saran itu,karena itulah yang terbaik buat nenek,meski nenek menolak,meski tidak suka,meski aku sendiri tidak tega,tapi aku harus tetap mengikat nya.Hampir setiap hari suhu tubuh nenek tinggi,dokter terus berusaha tanpa lelah memeriksa dan memeriksa dengan berbagai cara,agar bisa mengetahui apa penyebab nya suhu tubuh nenek tinggi,tapi hasil nyanihil.
Waktu tetap berjalan maju ke depan,tanpa menghiraukan apa yang terjadi di sekeliling nya,satu bulan begitu cepat berlalu,dokter menyarankan untuk merawat nenek di rumah,kaena menurut nya,kekebalan tubuh nenek sangat lemah,sehingga nenek mudah terserang virus,meski ragu dan takut,tapi kami tetap menuruti saran yang dokter ajukan.Aku mulai di bekali dengan berbagai ilmu kedokteran,setelah aku menguasai ilmu itu,barulah nenek di ijinkan pulang.
Nenek sudah di perbolehkan pulang ke rumah,meski keadaan tubuh nya masih meragukan.Kembali ku hirup udara segar desa hongdesifa,setelah tiga bulan lebih meninggalkan nya,nenek tak bisa seperti dulu lagi,keseharian nya hanya terbaring di tempat tidur,sering kali nenek merasa sedih dengan penyakit yang sedikit demi sedikit mematikan saraf otak nya,sehingga membuat nya semakin tak berdaya.Makin bertambah hari kesehatan tubuh nenek semakin membaik,jika cuaca mendukung,aku selalumengajak nenek jalan-jalan,nenek begitu bahagia bisa melihat keadaan sekitar tempat tinggal nya lagi.
Teringat jelas perkataan seorang dokter kepada ku,“orang tua yang keseharian nya hanya terbaring di tempat tidur,dia akan sulit untuk kembali berdiri seperti dulu lagi”.Seringkali nenek sekuar masuk rumah sakit,penyakit yang ia derita semakin bersarang,semakin menimbulkan penyakit baru,nenek sering jatuh koma,tapi dia seorang wanita yang kuat,meski dia sering terjatuh,tapi dia tetap bisa bangkit kembali.
Waktu pun berlalu dengan cepat,tanpa bisa di tawar apalagi diputar,kontrak kerjaku telah habis,aku harus pulang.Hari yang direncanakan pun tiba,meski nenek masih dirawat di rumah sakit,tapi aku tetap harus meninggalkan nya,agensi hanya memberi ijin cuti selama 8 hari,aku menuruti permintaan nya,karena aku pun khawatir dengan keadaan nenek.
Pesawat China Airlines mengantarkan aku ketempat yang sangat aku rindukan,“Indonesia ku!!!!!!,aku kembali pada mu”,keluargaku menyambut kedatangan ku dengan penuh rasa bahagia,tapi kebahagian mereka harus cepat berganti dengan derai air mata rindu.Sebenar nya aku juga ingin berlama-lama bersama mereka,tapi apa boleh buat,aku sudah berjanji untuk segera kembali merawat nenek.Siang itu China Airlines membawa ku kembali ke tanah Formosa,aku kembali di samping nenek,ku peluk dan ku ajak bicara,tapi........nenek tak bisa mendengar ocehan ku,nenek juga tak mampu membuka ke dua mata nya,nenek sudah tak mampu lagi bertahan melawan penyakit nya.
Begitu cepat ku rasakan,aku kembali ke tempat yang selama 3 tahun aku singgahi,rasa nya seperti mimpi berkumpul bersama keluarga tercinta,begitu cepat nya aku kembali di tempat ini,ku jalani aktivitas seperti biasa,aku tetap yakin nenek pasti bisa bangkit lagi dari sakit nya.Bersama jalan nya detik waktu,nenek kembali membaik,dia bisa membuka mata nya lagi,kembali ku lihat senyum manis nya,meski nenek sudah tak mampu berbicara,tapi setidak nya nenek masih bisa mendengar ocehan ku.
Hari itu,nenek kembali koma,tekanan darah nya turun drastis,hembusan nafas dan detak jantung nya semakin lama semakin terdengar keras,tapi paman dan bibi tidak mau membawa nenek ke rumah sakit,mereka sudah pasrah,apapun yang akan terjadi itulah kehendak yang KUASA.Ke dua mata nenek menatap ku tajam,tatapan matanya penuh kata,sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu kepada ku,tetapi mulut nya sudah terkunci,sehingga dia tak mampu berbicarasatu kata pun.Ku layangkan senyum manis ku pada nya,berharap nenek bisa sedikit tenang,ku peluk tubuh nya yg seakan ketakutan.Ketika dalam pelukan ku,hembusan nafas dan detak jantung nya perlahan pergi entah kemana,kelopak mata nya perlahan menutupi bola mata nya,tubuh nya dingin membiru,air mata ku tak bisa terbendung lagi,mengalir deras membasahi pipi,nenek tlah pergi,dia pergi untuk selama-lama nya,bibi kecil memeluk ku,dia berusaha menghibur ku walau dia sendiri masih belum mampu menerima kepergian nenek.Pagi hari nya,ku lihat nenek bangun dari tempat tidur nya,dia duduk menatap ku yang baru saja membuka mata,“selamat pagi”ku ucapkan salam,nenek hanya tersenyum padaku,lalu mengtakan“terimakasih,sekian lama kamu menjaga ku dengan baik”,“tidak nenek,aku yang seharus nya berterimakasih,engkau,paman dan bibi begitu baik kepadaku,aku sangan bertetimakasih kepada kalian”,ku pegang ke dua tangan nya,nenek menatap ku dengan senyum nya yang indah,nenek juga meminta ku untuk mengantar nya ke suatu tempat,sebuah rumah yang belum aku lihat sebelum nya,nenek mengajak ku melihat-lihat isi dalam rumah itu,setelah itu nenek menyuruh ku pulang,“terimakasih sudah mau mengantar ku,sekarang kamu boleh pulang”aku begitu bingung,aku harus pergi kemana,nenek menyuruh ku mengejar sebuah cahaya yang ada di hadapan ku,aku berlari dan tetus berlari mengejar cahaya itu,sesekali aku menoleh ke belakang,nenek masih melambaikan tangan nya berucap selamat tinggal.“Laillahaillaallah”aku terperanjat dari tidur panjang ku,ku pandangi tempat tidur nenek yang sudah aku rapihkan kemaren“astagfirullah halazim,jadi itu semua hanya mimpi,nenek telah pergi dan tak akan kembali lagi”.
Ku pandangi suasana luar dari jendela kamar,mentari sudah siap menerbitkan sinar nya,pagi ini aktivitas ku berbeda dengan pagi-pagi sebelum nya.Setelah semua acara selesai,bibi menandatangani surat pemutusan kontrak kerja,tak beberapa hari kemudian aku dapat job baru dan agensi langsung mengantarkan aku ke tempat yang telah di sepakati bersama,tempat majikan baru ku.“Selamat tinggal nenek,semoga engkau tenang di alam sana,aku tidak akan pernah melupakan kenangan bersama mu,nama mu akan selamanya hidup dalam bati ku,terimakasih atas semua pengorbanan mu,nenek aku sayang kamu selamanya”.