MIMPI TERINDAH GUNTUR

2015-3-4 / Ervina Eris Prastiwi  / MIMPI TERINDAH GUNTUR  / Indonesia 印尼 / tidak ada /


MIMPI TERINDAH GUNTUR


Cerpen kisah nyata oleh: Ervina Eris Prastiwi

Tak terasa setahun sudah aku berada di negeri formosa ini. Tepatnya bulan maret tahun 2014 lalu hingga sekarang. Tinggal di kota Hualien dan menikmati kehangatan di tengah-tengah keluarga yang bermarga Wu. Selain menjaga nenek yang usianya  87 tahun aku juga harus membersihkan rumah dan memasak. Ama begitu aku akrab memanggilnya. Walau Ama hanya makan sayur saja akupun juga menikmati setiap hari dan belaian lembut darinya .

Pagi hari menyambut kehadiran ku, lekas ku tegakkan tubuh, berjalan ke kamar mandi mencuci muka untuk menyapu lelap semalam. Wastafel tempat aku mengadu dan cermin tepat tergantung didepa ku. Mungkin cermin itu bosan menatapku setiap hari.
Entah mengapa bayanganku dalam cermin terasa berbeda dari hari-hari biasanya. Bayangan anak laki-laki didepan mataku bahkan seperti menghantui. Segera ku tepis mengingat waktu terus berjalan dan pekerjaan yang begitu banyak. Sehari-hari hanya aku dan ama serumah, karena tuan Wu dan nyonya Wu pergi bekerja setiap hari begitu bulan anak dan menantu sementara cucu-cucunya masih duduk di bangku sekolah menikmati indahnya belajar.

Begitu pekerjaanku usai aku bersantai duduk di kursi ruang makan, sambil menunggu pukul 10.30 datang karena waktu ku menyiapkan makan siang. Tak mau menyia-nyiakan waktu dan ku ingat-ingat siapa anak yang telah muncul dalam lamunan ku.
Dan selang beberapa saat kemudian...
Oh ya... ""GUNTUR""

Aku bertemu Guntur sekitar 5 tahun yang lalu, dimana aku masih duduk di bangku SMA, kala itu aku memang sengaja berkunjung ke rumah teman bersama anggota kelompokku untuk mengerjakan tugas proposal akhir pasca PRAKERIN (Praktek Kerja Industri).

Mungkin setiap orang yang pernah bertemu pertama kali akan sama sepertiku.
Sekilas ia seperti anak laki-laki biasa sama seperti yang lain.
Berjalan biasa naik maupun turun jalanan berbatu dan lebih lihai dari pada aku, cuma sedikit menunduk karena memang sifat aslinya yang sedikit pemalu.
Ia diminta kakeknya pergi ke toko membeli sebungkus micin.
Baru aku terkejut bukan main setelah temanku mengatakan kalau Guntur anak dengan penyandang tuna netra. Bagaimana bisa dan bagaimana mungkin?,rasa penasaran mulai tumbuh. Dan temanku memanggilnya, mulailah sepasang mata ini tak terlepas dari pandangan. Ketika jalanan berbelok ia juga berbelok begitu pula saat mau duduk di teras. Tak berhenti disitu saja aku pun mendekati dan mulailah tangan usilku bermain ku lambai-lambaikan tanganku didepan mata dan wajahnya tak ada respon sama sekali dan matanya tetap memandang kedepan,saat itu juga aku percaya kalau Guntur memang tak dapat melihat. Itu yang ku tahu saat itu.

Karena rasa ingin tahu ku semakin kuat, maka aku hubungi temanku itu yang masih sepupu dari Guntur. Dan informasi luar biasa yang ku dapat.

Guntur Pambudi itu nama lengkapnya. Remaja kelahiran 1997 itu, tumbuh dan besar di Trenggalek Jawa Timur Indonesia. Sejak kecil ia tinggal bersama sang kakek. Bukan karena kedua orangtua yang tak sayang. Melainkan suatu keterpaksaan dan suatu keputusan melalui suatu pertimbangan dan harus diambil. Kerja keras dari kedua orangtua memburu sesuap nasi.

Ini sedikit cerita sejak ia kecil. Dulu ia berjalan dengan ranting-ranting kering untuk melatih dan menghafal jalan, bermain dengan tutup botol bekas, mencari batu di sungai, dan menghantam-hantamkan sebagai mainannya. Mencari kayu bakar dan membawa pulang kerumah. Karena di desa masak menggunakan kayu bakar itu sudah biasa kebutuhan yang banyak serta harga gas yang cukup mahal bagi rakyat kecil. Ia juga bisa mengupas kulit kelapa, padahal orang yang bisa melihat saja belum tentu bisa mengupas kulit kelapa. Semua di lakukan dengan senang hati untuk membantu pekerjaan sang kakek.

Walau bagaimana Guntur ia tetap anak kecil sama seperti yang lainnya. Ia juga iseng, marah, dan bertengkar dengan teman sebayanya. Kadang keisengannya membuat orang yang mau berangkat ke masjid ketakutan, iya dia bisa menirukan suara burung yang berbunyi di malam hari menjelang ada orang meninggal. Kalau yang ini jangan ditiru kawan.

Ia rajin menghafal ayat-ayat suci al-qur'an. Ibadahnya tak pernah telat, ini juga berkat sang kakek yang mengenalkan dan mengajarkan ilmu agama sejak kecil. Walau ia seorang tuna netra tapi ia tak pernah merepotkan orang lain. Mandi sendiri bahkan mencuci baju pun ia lakukan sendiri.

Terkadang kalau memang ada sedikit waktu luang Guntur mencari dan memetik daun cengkih yang kemudian di jual ke pamannya, setidaknya untuk uang jajan atau menabungnya.

Rasa rindu yang tak mungkin bisa ditahan, sekedar ingin menyapa dan memeluk sang ayah kandung, karena kini kedua orang tuanya telah bercerai,dan ibunya telah menikah lagi.
Ia pergi sendiri tanpa seorangpun yang mengantarkan, perjalanan yang cukup jauh dan jalanan yang sulit ditempuh bahkan ia bisa dan mampu lalui. Dan orang normal saja bisa tersesat di jalan.

Kadang sanak keluarga menasehati bahkan ada yang memberi marah, tapi keinginan dan kemauannya yang kuat dan tak mau menyusahkan yang lain mampu mengalahkan sebuah perdebatan kecil.

Anak dengan berkemampuan khusus itu mungkin lebih tepatnya. Ia telah mampu melatih mata hatinya. Dengan hati ia bisa melihat jalan dan orang di sekitar.

""""ANAK INDIGO"""" spesial dianugerahkan Alloh untuk Guntur.
Ia yang secara alami telah ada indra ke_6 dalam jiwa dan raganya. Mencari jati diri menemukan kekuatan yang mampu menghilangkan kelemahannya.

Setelah proses kehidupan panjang yang telah ia jalani, Guntur mendapat hadiah spesial dari seseorang yang berhati dermawan.
Bukan benda atau uang tapi jalan kesuksesan.
Awal tahun 2014
Kepala SLB (Sekolah Luar Biasa) Kemala Bhayangkari Trenggalek
mengunjungi rumah kakek Guntur. Atas usulan seseorang yang berhati dermawan tersebut, meminta Guntur untuk bersekolah.
Dengan keluarga mereka berunding dan akhirnya mengijinkan Guntur untuk sekolah, sebagai modal masa depan yang cerah.

Bimbingan, dan binaan ia lalui, dengan semangat, tekad yang begitu besar membuat ia mampu bisa dan menguasai alat musik organ maupun piano hanya waktu 6 bulan saja, suara yang indah mampu menopang dan menambah karir.

Kini siapa yang tidak bangga???
Jawabannya jelas tak ada. Semua orang pasti bangga baik yang mengenal maupun tak mengenalnya. Dari panggung ke panggung ia tampil bersama goupnya. "" PERSATA SLB KEMALA BHAYANGKARI"" nama grup yang semua anggotanya penyandang tuna netra. Dalam acara mengiringi pernikahan, ulang tahun, perpisahan sekolah dan masih banyak lainnya. Setiap penonton yang melihat penampilannya, mendengarkan alunan indah nada, irama mampu meneteskan air mata sang penikmat, bukan karena kasihan tapi rasa haru dan bangga, dan memang patut di banggakan. Terutama kakek, dan keluarga dari Guntur itu sendiri.

Dari penampilannya tersebut ia membiayai sekolahnya sendiri. Jika libur sekolah ia berkunjung ke rumah kakeknya, tak lupa ia membagi sedikit dari hasil kerja kerasnya tersebut, walau sang kakek sering kali menolak, tapi niat baik tak bisa terhalangi. Mungkin ia merasa tanpa sang kakek ia tidak akan bisa seperti ini. Mengingat keluarganya yang telah berantakan. Keinginan untuk membahagiakan keluarga yang tak perlu diragukan lagi. Hanya kesabaran dan usaha yang ternilai dan terlihat saat ini.

Semangat terus untuk Guntur, jangan pernah menyerah. Jangan pernah sombong dengan apa yang kamu dapat saat ini. Ingatlah ketika engkau jatuh, rasa sakit tergores pisau jadikan itu batu loncat dan semangat baru. Hadapilah semua masalah dengan hati yang ikhlas, getarkan dunia ini dengan penampilan dan karya-karya mu. Dan ingat diatas langit masih ada langit. Sambutlah masa depan yang cerah secerah hatimu.
Begitu pun aku, aku akan selalu semangat menjalani apa yang sudah menjadi keputusan ku. Semoga aku finish kontrak dan pulang mengejar cita-cita yang tertunda. Dan aku tak sabar melihat penampilan Guntur secara langsung bukan cuma dari video atau foto saja. JIA YOU..............


The end

Hualien County, 04 Maret 2015