Taiwan Xie-Xie Ni

2015/4/23 / Sugiyanti / Taiwan Xie-Xie Ni / Indonesia 印尼 / temenku namanya Yating

Taiwan Xie-Xie Ni


Tak pernah aku bayangkan jika aku di negeri orang, dengan sejuta harapan untuk meraih masa depan. Kuhempaskan segala kerinduan yang datang slalu menyiksa. Kini tiba saatnya bangkit dari segala keterpurukan yang ada. Taiwan oh Taiwan tujuanku inginku meraih mimpi-mimpi disini.


Namaku Sugiyanti. Tak terasa 24 tahun telah berlalu, aku terlahir dari keluarga yang tidak mampu, Ibuku bercerita waktu aku lahir Ayahku tidak ada di rumah dan tak tau entah dimana berbulan-bulan tidak pulang sehingga hanya ditolong oleh seorang dukun urut dan dibantu oleh tetangga ku. Liku-liku masa kecilku kujadikan pacuan dan semangat dalam hidupku.
Waktu aku kelas 4 SD keluargaku sangat terpuruk sampai kita tidak punya tempat untuk bernaung karena terlilit hutang yang banyak. Saat itu Ibuku menangis memohon agar tetanggaku Bu Neng mauk memberi kami toko kecilnya untuk tempat berteduh kami untuk sementara. Disitulah kami memulai hidupku yang baru.


Malam-malam yang kelam ku isi dengan tangisan, mungkin aku merasa tak kuat tapi aku harus kuat demi keluargaku. Setiap jam 3 malam aku harus bangun membantu Ibuku mengolah jajanan pasar seperti tahu bunting, pisang goreng, bakwan, bubur dan lain-lain. Hanya sebuah lampu minyak tanah penyemangatku yg menyinari lukanya hidupku. Apalah daya tak ada yang mau mengaliri listrik karena takut kalau tidak di bayar.
Setiap sehabis kerja ketika adzan subuh tiba aku slalu bersujud dan berdo'a agar Alloh meringankan semua ini karena aku tak tega melihat wajah-wajah Ayah Ibuku yang semkin menua karena kerasnya hidup ini. Setiap pulang subuhan aku bergegas ke rumah Bude Rup, aku bekerja disana angkat-angkat dagangannya dengan upah Rp1500. Menurutku lumayan aku uangnya aku kumpulin buwat beli buku pelajaran sekolah. Ketika aku berjalan ketika pulang sekolah, aku melihat rumah temenku bagus karena Ibunya merantau ke Taiwan. Terlintas di fikiranku nanti kalau aku lulus SMA aku ingin sekali kesana untuk melunasi hutang-hutang Ibuku, menyembuhkan sakit kencing manis Ibuku yang sekarang kambuh. Aku ingin meraih mimpiku di sana membelikan rumah Ayah Ibuku agar mereka  tidak basah ketika hujan saat mereka tertidur lelap. Dan aku tak kuat jika dalam hidupku waktu itu banyak orang menagih hutang, aku tak tega melihat semua itu, terkadang aku dan adekku sembunyi di bawah kolong tidur jika ada rentenir datang, bukanya aku pengecut tapi aku takut menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

""""Sampai kapan keluargaku seperti ini, Ya Alloh aku kabulkanlah do'aku"""".

""""Aku hanya ingin melihat senyum keluargaku lebih lama Ya Alloh"""".


Derai-derai air mataku akan aku kenang dalam hidupku. Aku jadikan semangat diri agar lebih baik kedepannya. Sekarang aku telah sampai di negara impian, Taiwan iya betul Taiwan tujuanku ku berharap mimpiku terwujut amin yarobal alamin.


Matahari sangat panas kala itu pada tanggal 23 Agustus 2010 ku injakkan kakiku di Formosa ini, Agensiku membawaku ke rumah Akongku dengan naik bus tapi salah jalan terus sehingga capek haus yang aku rasa. Dia tidak memberikan aku payung dia juga tidak memberiku minum padahal dia bawa minum, aku sangat haus sampai ingin pingsan tp aku tahan. Disepanjang jalan hanya makian-makian yg keluar dari mulutnya karena aku dalam masa belajar di PT sering terkena fitnah aku harus sabar demi keluarga. Setelah tiba di rumah Akong wahhhh dag dig dug der rumahnya jualan sirip ikan. Akongku berumur 90 tahun dan dia boss sirip ikan selama 65 tahun.

****

Tak terasa sudah 4 tahun aku di sini, kupetik gitarku malam ini luapkan segala gundah hatiku ku nyanyikan lagu sendu, rindu, sedih bahagiya membaur jadi satu tuk hilangkan sakit badanku ketika bongkar barang hari ini.
Satu tahun kerja aku cenderung terpuruk merasa gelisah, merasa tak bisa bekerja dan setiap malam di hantui rasa takut di pulangkan majikan karna jika di pulangkan aku di denda 10 juta, aku sangat takut karena belum punya uang. Ketika aku kalut dalam bekerja seakan tak adil tak seperti pekerjaan teman di samping rumahku yang hanya jaga ama saja. Aku harus bekerja di luar job, aku harus menguli, harus mengolah sirip ikan sendiri sampai aku merasa tanganku sakit, tubuhku sakit dan hatiku juga sakit lantaran sering di marahi oleh Akong. Setiap malam aku berdo'a, berharap aku bisa finish sampai kontrak 3 tahun habis dan bisa bahagiyakan Ayah Ibuku.


Seiring dengan berjalannya waktu sirip ikan tidak boleh di makan, sehingga Akongku mengalami  kebangkrut yang membuat pekerjaanku menjadi ringan dan saat ini Akongku hatinya menjadi tidak mudah emosi iya mungkin kadang-kadang pada saat tertentu saja, maklum Akongku ada penyakit tekanan darah tinggi aku harus menjaga dia jangan sampai sakit.


Sekarang ini aku merasa hidupku lebih bermakna lebih warna. Aku isi hari liburku dengan kegiatan bermusik. Aku memiliki sebuah Band Xseries namannya. Kita mengisi hari libur dengan bernyanyi yang bisa menambah daya semangat kita berempat. Aku juga mempunya sahabat taiwan yang sangat mendukungku Yating namanya dia selisih satu tahun lebih tua kebetulan dia denganku lahir pada  tanggal dan bulan yang sama 13 Oktober. Dia slalu memberikanku dukungan agar aku terus maju dan sahabat-sahabat cece Yating juga baik sekali. Meski mimpiku belum terwujud aku akan slalu berusaha, hidup adalah sebuah proses menuju kesuksesan pasti akan ada cobaan. Saya sangat senang di sini, hidupku jadi banyak teman, banyak hal positive yang bisa di ambil dari negara Taiwan. Selama masih bernafas jangan berhenti bermimpi berharap dan berusaha.


Sekian

April/23/2015

Sugiyanti