Takdir dan Nasib Kakakku di Formosa

2015/4/24 / Teguh Susanti / Takdir dan Nasib Kakakku di Formosa / Indonesia 印尼 / tidak ada

Takdir dan Nasib Kakakku di Formosa
                       Oleh Teguh Susanti

Dia adalah kakak perempuan satu-satunya yang ku miliki, yang terbaik dan sangat ku sayangi. Singkat cerita, sekitar april 2012 yang lalu kakakku memutuskan untuk mengikuti jejak ku berkeinginan mengadu nasib bekerja di luar negeri. Alasannya sudah pastilah karena himpitan ekonomi. Sebetulnya sudah sejak lama keinginan itu, namun suaminya tak memberinya ijin. Hingga akhirnya karena tak ada pilihan lain kakak ku mulai bertanya-tanya pada ku, tentang bagaimana bekerja di luar negeri?. Aku hanya menjawabnya dengan satu kalimat ” Setiap orang memiliki nasib yang berbeda-beda”. Tak lama kemudian tekad kakakku pun bulat dan memutuskan untuk menjalani proses keberangkatan bekerja ke luar negeri sebagai TKW. Proses awal seperti medical check up pun dijalaninya hingga keluar hasilnya mengatakan fit. Proses selanjutnya pun dilakukan dengan masuk ke penampungan dan menjalani pembelajaran bahasa, praktek cara bekerja  dan proses-proses lainnya. Hingga kurang lebih 4 bulan di penampungan, dan tibalah waktunya terbang menuju Taiwan. Tepatnya 25 agustus 2012, sampailah di Taiwan dan mulailah laksana kehidupan baru. Ia mendapatkan job menjaga seorang nenek yang kurang lebih umurnya sekitar 80 tahunan. Sang nenek masih tampak sehat dan masih bisa berjalan, makan sendiri. Tak lama kemudian masalah pun timbul, nenek menyuruh kakakku untuk bekerja di sawah dan melakukan pekerjaan layaknya seorang petani. Seperti mencangkul, menanam jagung, kedelai, dan sayur-sayuran. Tak hanya itu nenek pun memiliki sifat yang sangat pelit dan cerewet. Namun apalah daya kakak ku hanya bisa berusaha untuk bersabar. Seringkali ku telpon dia, hanya untuk sekedar bercerita ini dan itu. Aku pun tak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya. Ku hanya berusaha mencoba memberinya semangat dan mencoba tuk menghiburnya dengan kata-kata ku. Dan ku katakan juga padanya “ nenek-nenek cerewet itu sudah biasa dan orang  cina pelit itu sudah bagian dari wataknya”. Dengan kesabaran walau terkadang sering mengeluh waktu seakan berlalu begitu saja. Hari-hari ku selalu menelponnya dan seringkali juga video call menggunakan skype. Ku belikan dia handpone yang bisa buat on line untuk mempermudah kita dalam berkomunikasi. Hingga waktu sampai pada bulan November 2013 dimana masa kontrak kerja ku berakhir. Itu pertanda aku harus pulang ke Indonesia. Hari-hari menjelang waktu kepulangan ku, kita semakin sering video call untuk menghilangkan rasa kangen. Semua tampak seperti biasa, kakakku pun kelihatan sehat-sehat saja. Maklumlah meski sama-sama di Taiwan tapi jarak tempat kita kerja cukup lumayan jauh. Aku di Taipei sedangkan kakak ku di Chiayi. Kakakku pun tak mendapat ijin libur. Sekalipun aku mendapat ijin libur sebulan sekali, tetapi aku belum sempat bermain mengunjungi tempat kakakku bekerja. Tepat tanggal 27 November 2013, aku pulang ke Indonesia. Sampai lah aku mendarat di Jakarta, ku pun kirim sms memberi kabar kepada kakakku kalau ku sudah sampai Indonesia dengan selamat. Keesokan harinya aku langsung bergegas menuju ke Kantor dagang ekonomi Taipei di Indonesia yang beralamat di Jln. Jendral sudirman kav. 52-53 Gedung Artha Graha lantai 12, Jakarta Pusat untuk mengurus visa dan surat-surat lainnya. Hingga dua hari kemudian baru bisa meluncur pulang ke Jawa. Sampai di Jawa pun ku langsung dihadapkan dengan kesibukan. Kesana kemari membeli barang-barang keperluan untuk membangun rumah. Maklumlah aku temasuk orang yang suka selalu melakukan apa-apa sendiri. Hingga akhirnya aku jarang berkomunikasi dengan kakakku. Alangkah terkejut, tak kuduga dan tak pernah terbayangkan oleh ku. Dua minggu aku di rumah, agen kakakku menelpon dan memberitahukan ku kalau kakakku sakit parah. Bahkan kondisinya sudah sangat buruk hingga kakakku seperti orang bingung. Tak sadar dirinya siapa dan sering bertingkah yang membahayakan dirinya seperti memanjat jendela di rumah sakit. Dan juga mengacak-acak pampers yang dipakainya. Aku pun bertanya kepada agen nya, kenapa bisa sampai begitu? sejak kapan? apa penyebabnya? awalnya bagaimana? Di kala itu aku bingung bagaimana cara menyampaikan kepada ayah dan ibu ku. Aku pun menyuruh agen nya untuk memberitahukan langsung kepada suami kakakku. Kala itu aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Karena agen mengatakan, bahwa kakakku harus secepatnya dioperasi karena ada cairan di otaknya. Dan yang lebih mengejutkan lagi dokter memvonis kalau kakakku terkena TBC. Sungguh aneh karena di keluargaku tak ada satu pun anggota keluarga yang mengidap TBC. Keesokan harinya kakak iparku bersama bapakku pergi ke PT untuk memberikan surat kuasa agar kakakku segera dioperasi penyedotan cairan di otaknya. Operasi pun dilakukan dan berjalan lancar. Hingga agen memberi kabar jika kakakku sempat setengah sadar dan dengan lirih berkata jika kepalanya sangat sakit. Dan setelah itu ia pun tak sadarkan diri, hingga hari berganti hari. Masa cuti ku pun habis dan aku pun kembali ke Taiwan. Sesampainya di Taiwan ku ceritakan semua kepada majikanku. Hingga majikan pun memberikan ijin untuk ku menengok ke Chiayi tepatnya ke rumah sakit tempat kakakku dirawat. Di ruang ICU kamar nomor 5, lantai 10 Canggeng memorial hospital Chiayi tepatnya kakak di rawat. Tak kuasa hatiku melihat kondisi kakakku, airmata tak bisa ku bendung lagi, tubuh pun mendadak lemas tak bertenaga. Ku peluk tubuhnya, ku pegang tangannya namun sama sekali tak ada respon apapun. Karena aku tak bisa menungguinya dan juga tak bisa sering-sering datang menengoknya. Aku pun meminta agennya untuk mendatangkan suaminya ke Taiwan. Tapi kata agen belum perlu mendatangkan suaminya. Semakin  hari kondisinya semakin memburuk. Kurang lebih dua bulan waktu berlalu, hingga akhirnya agen pun memutuskan untuk mendatangkan suaminya ke Taiwan. Setelah seminggu suaminya menemaninya di rumah sakit. Februari 23, hari minggu 2014 pukul 04.17 pagi kakakku pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Aku pun bergegas ke Chiayi untuk melihat yang terakhir kalinya dan jum’at 7 maret 2014 jenazah kakakku dipulangkan ke Indonesia dan sabtu 8 maret 2014, ia di kebumikan di pemakaman dekat dengan keluarga lainnya.
Selamat jalan kakakku tersayang, maafkan kesalahan-kesalahanku, walau raga kita terpisah namun kau tetap ada dihatiku. Do’aku semoga ALLAH SWT menempatkan mu ditempat terindah di sisi-Nya, aamiin. Kematian adalah suatu kepastian, tiada yang abadi di dunia ini dan tak ada yang perlu disesali dengan apa yang terjadi. Semua telah jadi kehendak-Nya. Satu yang harus diingat perbaikilah diri sebelum kematian mendatangi kita!.