Taiwan, Kekuatan Harapan Mewujudkan Impian

2015/5/30  / Dina / Taiwan, Kekuatan Harapan Mewujudkan Impian / Indonesia 印尼 / Abdullah

Taiwan, Kekuatan Harapan Mewujudkan Impian


Aku hanyalah seorang anak yang tinggal di kota kecil. Lahir dari keluarga sederhana. Namun, aku punya cita-cita yang tinggi, aku ingin studi lanjut ke luar negeri. Ketika aku menceritakan mimpiku ini kepada teman-teman atau orang di sekitarku, pada umumnya mereka tertawa, karena mereka tahu bahwa aku hanya menyelesaikan sekolahku dari SD sampai SMA di kampung halamanku, kota kecil yang sistem belajarnya hanya pas-pas an, tidak seperti di sekolah-sekolah besar di ibukota.

Entah bagaimana, aku yakin saja aku pasti bisa melanjutkan studiku di luar negeri.

“Jika kita memiliki keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu-membahu mewujudkannya. – Soekarno

Yeah…setelah lulus SMA, aku mendaftar ke universitas di luar negeri. Dengan tekad yang kuat, doa dan usaha yang kuat, aku dinyatakan lulus diterima di salah satu kampus besar di Taiwan.

Aku dinyatakan lulus mendapatkan beasiswa dari kampus ini. Mimpi menjadi nyata. Kini aku ingin menceritakan tentang kehidupan ku di Taiwan.

Ketika pertama sekali aku menginjakkan kaki di Taiwan, aku sudah merasa kagum. Dari bandara Taipei ingin naik bus ke Taipei Main Stasion (TMS), orang-orang berbaris antri untuk naik bus. Padahal tidak ramai, hanya 6 orang, tidak harus berbaris antripun semuanya bisa dapat tempat duduk, bahkan masih banyak kursi kosong karena muatan penumpang di dalam busnya banyak. Tapi, itulah budaya antri dan disiplin yang terlihat ketika aku pertama sekali sampai di sini.

Ada hal lain di sini yang membuatku kaget sekaligus senang, saat bagaimana orang-orang berkata terima kasih dan melakukan hal-hal kecil yang baik. Aku selalu ingat bagaimana orang-orang menahan pintu kalau ada orang lain di belakangnya. Aku juga selalu ingat bagaimana orang-orang mengatakan terima kasih pada supir bis yang hanya melakukan tugasnya. Hal-hal itulah yang membuat seseorang merasa dihargai.

Lakukan hal kecil yang bisa kita lakukan dan kita tak pernah bisa tahu seberapa hebat kebaikan itu bagi orang lain.
Orang-orang di sini benar-benar profesional dalam melakukan pekerjaan nya, tidak ada yang lamban. Sistem berjalan dengan sangat baik. Mereka bekerja benar-benar tulus dan jujur, segala sesuatu dipermudah baik, itu dalam universitas, rumah sakit (waktu medical check up) maupun pemerintah setempat (waktu mengurus ARC).

Aku sangat bahagia bisa melanjutkan kuliah S1 ku di Taiwan. Teman-teman sekelasku  yang sangat baik, dan ramah.  Dosen di sini semuanya lulusan S3, dan kebanyakan lulus dari Amerika. Jadi, kami memanggilnya Profesor. Professor, staf, senior di fakultasku, teman-teman sekelasku tidak bosan-bosannya menanyaiku kalau-kalau ada kendala mengenai apapun selama di Taiwan agar tidak segan-segan untuk menanyakannya. Mereka sangat banyak membantu.

Fasilitas sekolah di sini juga sangat mendukung untuk belajar, seperti misalnya perpustakaan yang lengkap. Perpustakaan di kampusku sangat besar sampai 6 Lantai. Wifi gratis dengan koneksinya yang sangat lancar, kegiatan-kegiatan untuk organisasi mahasiswa sangat didukung dan difasilitasi kampus. Ketika kita mengajukan kegiatan dan itu bermanfaat, pihak kampus selalu mensupport, khususnya dari segi financial dan memperlengkapi semua peralatan yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut.

Di sini tidak ada polusi udara, karena sebagian besar orang-orang menggunakan sepeda sebagai alat transportasinya.  Selain sehat, hemat BBM juga yah, haha…



Begitu banyak kemudahan yang aku dapat di tempat ini. Namun, kuliah di luar negeri itu tidak hanya selalu enaknya saja. Ada suka ada duka. Aku mendapatkan beasiswa dari kampus, bebas uang kuliah 50 %, dan aku masih harus membayar uang kuliah 50 % lagi, membayar uang asrama, dll.

Satu bulan di Taiwan aku pernah mengalami kesulitan finansial. Biaya hidup di luar negeri itu mahal. Karena sesuatu hal, keluargaku tidak lagi mensupport keuanganku untuk kuliah di luar negeri. Jika tidak ada biaya untuk melanjutkannya dan tidak ada cara untuk bertahan, maka aku harus pulang. Setelah diskusi dengan keluarga, dan akhirnya akupun dibelikan tiket untuk pulang ke Indonesia. Benar-benar dalam situasi yang sulit. Secara logika, aku tidak bisa bertahan jika tidak disupport dana dari keluarga, dan jika aku mengikuti saran keluarga  untuk pulang ke Negara ku, itu artinya aku harus mengubur impianku untuk kuliah keluar negeri.

Aku menceritakan hal ini ke pihak kampus tentang keuangan yang kualami. Aku menangis di depan professor ku, tiketku untuk pulang sudah dibelikan. Karena mereka tahu dan aku meyakinkan mereka bahwa aku sangat ingin melanjutkan studiku di kampus ini, pihak kampus sangat banyak membantuku. Akupun memilih untuk tetap bertahan di Taiwan. Aku akan pulang setelah menyelesaikan studiku di sini. Tiket yang sudah dibelipun hangus.

Saat itu, pihak kampus mengijinkan aku untuk kerja part time di department ku selama 6 jam dalam seminggu. Itu sangat membantu karena aku mendapatkan gaji walaupun sedikit tapi cukup. Aku harus menghemat biaya makanku untuk per bulannya. Pihak departmentku juga membantu untuk mendapatkan bantuan dana dari sekolah karena aku membutuhkannya. Setelah mengisi beberapa formulir yang di butuhkan, pihak kampus memberikanku uang sekitar 5000 NTD.  Sungguh terlihat mereka begitu peduli dan sangat mau membantu untuk mempermudah segala urusan. Hal seperti ini yang membuat aku semakin semangat kuliah di sini dan bertekad untuk kembali ke Indonesia, agar bisa menerapkan ilmu yang ku dapat, pengalaman, pola pikir, dan kinerja orang-orang yang ada di sini.

Saat itu, aku juga menceritakan tentang keuanganku kepada temanku, dia adalah social worker asli orang Taiwan. Dia membantuku dan akhirnya ada keluarga, yang sudah aku anggap sebagai orang tua sendiri di Taiwan, memberikan tawaran untuk membiayai uang kuliahku selama 4 tahun. Sungguh aku tidak pernah membayangkan hal itu. Akhirnya aku menerima tawaran itu. Saat ini aku tidak perlu khawatir untuk biaya kuliah ku.
Agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari ku, Aku memutuskan untuk bekerja Part time . Dengan kemampuan bahasa cina yang pas-pas an aku mencoba mencari pekerjaan ke beberapa restoran. Dan akhir nya, aku di terima bekerja part time di salah satu restoran dekat kampus ku.  Restoran tempat aku bekerja ini hanya buka pagi hari saja sampai pukul 9.00 am , menyediakan sarapan pagi untuk para tamu hotel. Setiap pagi setelah tamu pulang, aku harus membersihkan restoran, mengepel dan mencuci piring. Sangat lelah sebenar nya, kuliah sambil bekerja. Namun aku tidak pernah mengeluh. Ku lakukan semua pekerjaan ini dengan senang hati. Aku disiplin dalam bekerja, tidak pernah bermalas-malasan. Semakin lama aku semakin betah dengan pekerjaan ku. Majikan ku juga semakin sayang pada ku, di lihat nya begitu semangat nya aku bekerja sambil kuliah. Untung saja Majikan ku bisa berbahasa inggris. Beberapa kali kami sering bercerita sangat panjang, Lopan menanyai tentang kuliah ku, terlihat Lopan sungguh peduli.  Pernah aku ingin berhenti bekerja karena jadwal kuliah ku semakin padat, tetapi Lopan memberi tawaran agar aku bisa bekerja kapan saja, menyesuaikan dengan jadwal kuliah ku. Sangat percaya nya Lopan padaku, di beri nya aku kunci restoran agar bisa datang kapan saja dan bekerja pagi, siang atau malam. Tentu saja dengan kepercayaan yang di berikan Lopan pada ku, aku harus bekerja dengan jujur. Akhirnya aku bisa tetap bekerja dengan menyesuaikan jadwal kuliah ku. Lopan tidak memperlakukan ku sebagai pekerja nya, tapi sudah di anggap nya aku seperti anak perempuan nya. Beberapa kali, di tambahkan nya gaji bulanan ku. Di belikan nya makanan yang sangat banyak, sambil mengingatkan ku untuk bekal makanan di asrama agar tidak perlu membeli jajanan di luar lagi. Ketika hari-hari besar dalam perayaan cina seperti imlek, aku di undang  untuk ikut makan malam bersama keluarga besar nya.  Sungguh aku sangat senang mendapatkan majikan yang baik. Aku tidak perlu takut lagi, karena orang-orang Taiwan sangat baik. Aku tidak perlu merasa sendiri, karena  aku memiliki banyak saudara di sini.
Aku bisa melanjutkan kuliah ku di Taiwan, dan cukup biaya untuk kebutuhan ku sehari-hari.
Ternyata memang benar, “ where there is a will, there is a way”

Andai saja waktu itu aku patah semangat karena masalah financial dan langsung pulang ke Indonesia, pasti aku tidak akan bisa menuliskan cerita ini, tentang betapa indahnya pengalaman yang aku dapat “ketika aku kuliah di Taiwan”. Betapa beruntung nya aku bisa berada di Taiwan. Keputusan terbaik yang pernah ku buat, ketika aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah ku di Taiwan.

Ini adalah tahun pertama aku belajar dan menjalani hari-hariku di sini, dan masih harus berjuang belajar lagi untuk menyelesaikan S1-ku. Terima kasih Taiwan, di sini aku bisa memperjuangkan mimpi ku. Memang pantas Negara Taiwan mendapat peringkat Negara yang aman, dan masyarakat nya yang ramah. Orang-orang Taiwan sangat banyak membantu ku. Membantu aku untuk memeluk dan meraih mimpi-mimpi ku. Kini aku menjalani hari hari ku, kuliah dan bekerja dengan semangat dan ceria.